Selasa, 31 Januari 2012

KACAMATA UNGU


MAESTRO PELUKIS INDONESIA AFFANDI ( 1907 - 1990 )

Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon. Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya, memperoleh pendidikan HIS, MULO dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir anak negeri.
Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.
Pada umur 26 tahun, pada tahun 1933, Affandi menikah dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika Affandi.

Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik pada bidang seni lukis.
Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung yaitu kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan kerja sama saling membantu sesama pelukis.
Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang di Indonesia. Empat Serangkai--yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat) untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan Bung Karno.
Ketika republik ini diproklamasikan 1945, banyak pelukis ambil bagian. Gerbong-gerbong kereta dan tembok-tembok ditulisi antara lain "Merdeka atau mati!". Kata-kata itu diambil dari penutup pidato Bung Karno, Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1945. Saat itulah, Affandi mendapat tugas membuat poster. Poster yang merupakan ide Soekarno itu menggambarkan seseorang yang dirantai tapi rantainya sudah putus. Yang dijadikan model adalah pelukis Dullah. Kata-kata yang dituliskan di poster itu ("Bung, ayo bung") merupakan usulan dari penyair Chairil Anwar. Sekelompok pelukis siang-malam memperbanyaknya dan dikirim ke daerah-daerah.
Bakat melukis yang menonjol pada diri Affandi pernah menorehkan cerita menarik dalam kehidupannya. Suatu saat, dia pernah mendapat beasiswa untuk kuliah melukis di Santiniketan, India suatu akademi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore. Ketika telah tiba di India, dia ditolak dengan alasan bahwa dia dipandang sudah tidak memerlukan pendidikan melukis lagi. Akhirnya biaya beasiswa yang telah diterimanya digunakan untuk mengadakan pameran keliling negeri India.


Sepulang dari India Eropa pada tahun lima puluhan, Affandi dicalonkan oleh PKI untuk mewakili orang-orang tak berpartai dalam pemilihan Konstituante. Dan terpilihlah dia, seperti Prof. Ir. Saloekoe Poerbodiningrat dsb, untuk mewakili orang-orang tak berpartai. Dalam sidang konstituante, menurut Basuki Resobowo yang teman pelukis juga, biasanya katanya Affandi cuma diam, kadang-kadang tidur. Tapi ketika sidang komisi, Affandi angkat bicara. Dia masuk komisi Perikemanusiaan (mungkin sekarang HAM) yang dipimpin Wikana, teman dekat Affandi juga sejak sebelum revolusi.
Topik yang diangkat Affandi adalah tentang perikebinatangan, bukan perikemanusiaan dan dianggap sebagai lelucon pada waktu itu. Affandi merupakan seorang pelukis rendah hati yang masih dekat dengan flora, fauna dan lingkungan walau hidup di era teknologi. Ketika Affandi mempersoalkan 'Perikebinatangan' tahun 1955, kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup masih sangat rendah.
Affandi juga termasuk pimpinan pusat Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), organisasi kebudayaan terbesar yang dibubarkan oleh rezim Suharto. Dia bagian seni rupa Lembaga Seni Rupa) bersama Basuki Resobowo, Henk Ngantung, dan sebagainya.
Pada tahun enampuluhan, gerakan anti imperialis AS sedang mengagresi Vietnam cukup gencar. Juga anti kebudayaan AS yang disebut sebagai 'kebudayaan imperialis'. Film-film Amerika, diboikot di negeri ini. Waktu itu Affandi mendapat undangan untuk pameran di gedung USIS Jakarta. Dan Affandi pun, pameran di sana.
Ketika sekelompok pelukis Lekra berkumpul, ada yang mempersoalkan. Mengapa Affandi yang pimpinan Lekra kok pameran di tempat perwakilan agresor itu. Menanggapi persoalan ini, ada yang nyeletuk: "Pak Affandi memang pimpinan Lekra, tapi dia tak bisa membedakan antara Lekra dengan Lepra!" kata teman itu dengan kalem. Karuan saja semua tertawa.
Meski sudah melanglangbuana ke berbagai negara, Affandi dikenal sebagai sosok yang sederhana dan suka merendah. Pelukis yang kesukaannya makan nasi dengan tempe bakar ini mempunyai idola yang terbilang tak lazim. Orang-orang lain bila memilih wayang untuk idola, biasanya memilih yang bagus, ganteng, gagah, bijak, seperti; Arjuna, Gatutkaca, Bima atau Werkudara, Kresna.
Namun, Affandi memilih Sokrasana yang wajahnya jelek namun sangat sakti. Tokoh wayang itu menurutnya merupakan perwakilan dari dirinya yang jauh dari wajah yang tampan. Meskipun begitu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Deparpostel) mengabadikan wajahnya dengan menerbitkan prangko baru seri tokoh seni/artis Indonesia. Menurut Helfy Dirix (cucu tertua Affandi) gambar yang digunakan untuk perangko itu adalah lukisan self-portrait Affandi tahun 1974, saat Affandi masih begitu getol dan produktif melukis di museum sekaligus kediamannya di tepi Kali Gajahwong Yogyakarta
(Sumber : Wikipedia)

Senin, 30 Januari 2012

DONGKELAN

Juri Seni Bonsai

Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman dilakukan di pot dangkal yang disebut bon. Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai. (Wikipedia)

Bagaimana bonsai sekarang, untuk perkembangan di Indonesia. Bonsai mengalami pasang surut, tergantung para pemimpin sendiri yang ada di sekitar kita. Jika tidak ada perhatian terhadap para pemimpin ya, mau tidak mau mengalami pasang surut. Apalagi Indonesia masih dilanda penurunan hajat hidupnya. Semua masyarakat masih mengurusi bahan pokok saja, sehingga untuk pengembangan yang bersifat seni masih sedikit sekali.

Perbonsaian di Indonesia juga ada wadah yang resmi, yang saya kenal adalah Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia. Kalau saya lihat dari luar tubuh PPBI juga belum bisa mengangkat perbonsaian Indonesia. Setiap ada momen pameran bonsai kurang memuaskan banyak pihak. Gara-gara penilaian terhadap tanaman yang ada perbedaan, meskipun penilaian sudah ditetapkan. Sulit memang menilai sebuah karya seni terutama bonsai yang dijuluki seni tiada akhir.


Kalau dilihat beberapa seni diluar bonsai memang ada beberapa kreteria penilaian yang pernah terjadi, tunjuk aja seni suara dalam even AFI atau Indonesia Idol, semua para komentator atau dianggap sebagai juri telah menghasilkan sebuah seni suara yang cukup diperhitungkan, sehingga kwalitas seni suara yang dihasilkan cukup baik, tinggal satu langkah lagi, apakah pasar menghendaki atau tidak. Tapi keluaran 2 even tersebut suaranya cukup bagus walaupun hanya nomer 10 besar.

Sekarang bagaimana dengan penilaian perbonsaian kita. Apakah kita ini sudah bisa menentukan juri yang baik yang bisa mewakili banyak pihak atau sudah  diakui diseluruh Indonesia. Yang pertama penilaian bonsai "bagimana jika kita menunjuk pakar-pakar bonsai kita ?", saya lihat banyak yang mempunyai karya-karya yang bagus, tapi beliau-beliau ternyata dulu juga anggota PPBI, tapi sekarang sudah keluar. Sebab apa itu yang harus sama-sama intropeksi. Yang penting penilaian jangan melihat milik siapa atau ada faktor bisnis. Seni-seni, bisnis-bisnis. Kita coba bedakan hal tersebut. Seandainya ada bonsai tidak menang di momen pameran dan banyak orang suka maka hal itu lain. Sebab selera masyarakat tentu tidak sama dengan penilaian juri. Tapi minim juri sudah mempunyai karya yang pernah menang dalam pameran bonsai baik dalam negeri atau even-even yang  diadakan diluar negeri.




Yang kedua para juri harus ada sebuah keterbukaan terhadap para peserta. Hal ini perlu untuk proses pembelajaran. Transfer ilmu perlu diadakan jika keindahan bonsai yang ada di Indonesia ini akan berkembang. Juri, penggemar, trainer dan penjual harus ada satu sepakat bahwa sebuah seni harus berubah sesuai gaya seni sendiri dan perkembangan masyarakata yang ada.

Yang ketiga tidak kalah penting yaitu jika ada bonsai sudah menang dalam sebuah even tertentu harus dimonitor oleh badan yang bergerak dibidang perbonsaian, atau panitia penyelenggara, sehingga dapat dijadikan referensi dan mempertahankan seni bonsai itu sendiri. Karena bonsai tidak diam seperti seni lukis yang dipajang aja tidak mengalami perubahan. Bonsai jika dibiarkan tanpa perawatan yang baik akan menjadi bonsai tidak berseni lagi alias rusak.

Demikian wacana saya tentang penjurian bonsai yang ada di Indonesia, jika beda pendapat mohon memberi saran.


Minggu, 29 Januari 2012

KACAMATA UNGU

 JOHANN JACOB SMITH (J.J.Sm)
Tokoh Anggrek yang pernah Hidup di Indonesia

Johann Jacob Smith lahir di Antwerpen, Belgia 29 Juli 1867.  Dia pernah melihat bibinya merawat tanaman.  Kesukaan Johann kecil pada tanaman  maka dia diberi kepercayaan pada bibinya untuk merawat tanaman tsb. Bahkan ikut   merawat dan membuat sketsa tanaman. Pada usia 10 tahun, ia mulai membuat   herbarium sendiri terhadap tanaman.

Selesai Sekolah Dasar  Johann  melanjutkan sekolah  di Amsterdam, Belanda. Dia situ oleh Dr. J.C. Costerus sebagai guru menyarankan untuk mempelajari bidang  horticultura. Karena tak ada sekolah lanjutan untuk bidang hortikultura, Johann bekerja pada nurseri  Groenewegen & Co. di  Amsterdam dan akhirnya dia menemukan banyak tanaman yang unik dan menarik. Untuk mendalami tanaman yang ada di nurseri dia berangkat ke Indonesia atas saran gurunya.

Tahun 1891, Johann berangkat ke  Indonesia dan bekerja sebagai inspektur perkebunanan kopi. Karena  hutan di  Indonesia banyak sekali tanaman dan cukup bagus, Johann berusaha untuk mengembangkan jenis tanaman dan pekerjaan di perkebunan kopi terasa masih kurang berkembang. Karena kesukaan terhadap tanaman cukup tinggi, akhirnya dia mendapat undangan dari Profesor Treub, direktur Buitenzorg Botanic Gardens sekarang Kebun Raya Bogor. Johann Smith diminta menggantikan  sementara hortikulturis kurator yang sedang berlibur ke Holland.

Johann Smith ditawari lagi bekerja dikebun Cibodas. Lebih dari 30 tahun ia  bekerja di situ. Di sinilah Johann Smith mulai terlibat  dan makin tertarik dengan tanaman anggrek. Ia mendeskripsi dan membuat ilustrasi  berbagai spesis baru tanaman anggrek. Tahun 1900, Johann Smith  berangkat ke Maluku dan Sulawesi. Tahun 1902 tanaman anggrek yang telah dikembangkan  dibawa ke Belanda, menyerahkannya kepada Dr Treub untuk dipublikasikan. Jasanya ini membuatnya menerima penghargaan gelar kehormatan PhD dari Universitas Utrecht  pada 1910.

Johann Smith kembali memimpin Kebun Raya Bogor, hingga ia pensiun pada  1924 dan kembali ke Holland. Ia terus bekerja walau   mulai lemah dan sakit. Di rumahnya ia masih menulis untuk buletin Kebun Raya serta melengkapi  data lamanya maupun mendeskripsi tanaman anggrek baru, antara lain  Dendrochilum atjehense  J.J.Sm. 1943 dari  Sumatra. Ia juga menulis berjilid-jilid buku tentang genus anggrek dari Jawa, Sumatra, Ambon, Papua, bahkan Semenanjung Malaysia dan Kepulauan Pilipina.

Akhirnya Smith beristirahat di rumahnya dalam kebunnya yang penuhdengan tanaman anggrek yang dikirimi kawan-kawannya dari berbagai penjuru dunia. Johann  Smith meninggal 1947 di Holland. 

Sabtu, 28 Januari 2012

UNJUG HEPI

KONTES & PAMERAN BONSAI
Dari Kita Untuk Kita Semua
14 April s/d 23 April 2012

PPBI Cabang Sidoarjo bekerjasama dengan Bonsai School Center dan Green & Grow Nursery, menyelenggarakan :
A. Kontes Bonsai Kelas Bintang PPBI
B. Pameran Bonsai dengan Klasifikasi :
     - Panorama
     - On The Rock
     - Clump
     - Raft
     - Bunjin
     - Wind Swept

C. Pameran Suiseki
D. Pameran Lukisan





Kelas Bintang PPBI
Biaya Pendaftaran :
- Mame, Small______Rp 200.000,-
- Medium__________Rp 300.000,-
- Large____________Rp 400.000,-
- Extra Large_______Rp 500.000,-

Suiseki
Biaya Pendaftaran ________Rp 100.000,-


Kelas Bonsai School Centre
Biaya Pendaftaran :
- Mame, Small_______Rp 100.000,-
- Medium___________Rp150.000,-
- Large, Extra Large__Rp 200.000,-

Booklet Bonsai School Centre
Biaya Pendaftaran :
Per foto / per halaman______Rp 250.000,-
Bursa Pameran
14 Stand Bursa VIP (luas 4 x 5 m)
Biaya Pendaftaran ________Rp 1.500.000,-

NB : Karena Keterbatasan kuota Pameran & Booklet dimohon
        untuk mendaftarkan bonsainya ke panitia paling lambat
        28 Pebruari 2012

Jadwal Kegiatan :
11-12 April 2012 (09.00-21.00 WIB)____Penerimaan Pohon Kontes & Suiseki
13 April 2012_______________________Penjurian
14 April 2012 (10.00 WIB – selesai)_____Rapat Dewan Juri
14 April 2012 (18.00 WIB – selesai)_____Pembukaan
15 April 2012 (10.00 WIB – selesai)_____Penyegaran Juri
21-22 April 2012 (10.00 WIB – selesai)__Penataran Calon Juri


Contact Person :Untuk Pendaftaran Kontes & Booklet :
- Agung/Ony__081 330 201 553
- Ari_________081 552 882 03
- Fifi_________081 833 5257
Untuk Pendaftaran Bursa :
- Beny Dewo__081 550 23 500



Diselenggarakan Oleh :
PPBI
Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia CABANG SIDOARJO

Bonsai Training School
Jl. Raya Prapen 22 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Telp. 031 8493630-31, 031 8418890
Fax. 031 8493639, 031 8415545

Kamis, 26 Januari 2012

DONGKELAN

POHON  TUA  MHETUSELAH



Pohon tua yang bernama Mhetuselah orang penduduk asli menyebut itu, usia diperkirakan sekitar 4.841 tahun, kalau kita biasa dengan mengenal Bristlecone Pines atau Pinus Longaeva. Keberadaan pohon tua yang terletak di White Mountains, California. Banyak sekali pohon-pohon tua yang berada disana. Hal ini bisa kita jadikan inspirasi dalam pembuatan bonsai. Gaya yang ditampilkan gaya keringan atau deadwood. Semoga info ini berguna bagi kita semua untuk memperkaya dalam seni bonsai yang ada di Indonesia ini.

Saya akan memberikan contoh dibawah ini :




 

Rabu, 25 Januari 2012

UNJUG HEPI

 *** GEBYAR PAMERAN BONSAI PULAU BINTAN ( KEPRI ) ***
*** BINTAN ISLAND BONSAI EXHIBITION ***

come, see and join in bonsai exhibition of Bintan Island-Riau ( near Singapore ) on March 23 - April 1, 2012
( saksikan, kunjungi dan silakan berpartisipasi dalam rangka hajatan besar pameran bonsai PPBI cabang Tanjungpinang - Kepri yg Insya Alloh akan diselenggarakan pada tgl 23 Maret - 1 April 2012.
Informasi detail :
Pak Barce 083183245678, Pak Ibay 085355771774, Pak Sony 081364400046 )


Pulau Bintan, di mana itu?
Pertanyaan ini mungkin agak menggelikan mengingat Pulau Bintan adalah salah satu pulau indah di Nusantara. Tapi nyatanya memang begitu. Banyak orang, bahkan di kota besar seperti Jakarta, tak tahu di mana Pulau Bintan.
Pulau Bintan berada di antara pulau-pulau yang masuk wilayah Provinsi Kepulauan Riau. Kalau Anda kenal Pulau Batam, maka Pulau Bintan bisa dikatakan bertetangga dengan pulau yang kini menjadi kawasan industri itu. Tak hanya dengan Batam, Pulau Bintan pun tak begitu jauh dari negeri jiran, Singapura.
Menggunakan kapal feri, perjalanan dari Dermaga Telaga Punggur, Pulau Batam, ke Bandar Bentan Telani di Pulau Bintan hanya memakan waktu 45 menit. Sedangkan dari Terminal Feri Tanah Merah di Singapura, butuh waktu sekitar 55 menit untuk mencapai pulau ini.
Dekat dengan Batam dan Singapura memang menjadi daya tarik tersendiri dari pulau ini. Tapi sejatinya, pulau ini sendiri memiliki banyak daya pikat. Keindahan alam, salah satunya. Kemilau pasir putih, birunya air laut, dan rimbunnya pepohonan, merupakan perpaduan yang membuat Pulau Bintan begitu cantik.
Kehadiran Pulau Bintan sebagai salah satu ikon pariwisata di Indonesia memang muncul belum lama. Sebelumnya, pemerintah lebih fokus untuk mengembangkan Pulau Batam sebagai sebuah kawasan Industri. Barulah pada 1991, pesona dan potensi wisata pulau yang terletak di bagian barat Pulau Batam ini mulai terkuak. Bekerja sama dengan pemerintah Singapura, pemerintah Indonesia membangun sebuah kawasan wisata khusus yang berstandar internasional. Pada 1996, kawasan wisata ini pun secara resmi dibuka. Bintan Resorts, demikian namanya.

Anda yang suka atau ingin bertualang di bawah air, juga akan terpuaskan. Di kawasan wisata ini, Anda bisa menikmati keindahan bawah laut lewat diving maupun snorkelling. Selain itu, para wisatawan juga bisa menikmati asyiknya bermain banana boating, parasailing, windsurfing, juga kayaking.
Bahkan Anda yang hobi memancing pun, Bintan Resorts menyediakan fasilitas untuk itu, termasuk menjalin kerja sama dengan para nelayan tradisional setempat. Berkat kerja sama itu, mereka yang hobi memancing bisa belajar cara-cara menangkap ikan secara tradisional.
Untuk Anda yang hobi menjelajah alam, Bintan Resorts juga menyediakan fasilitas untuk menyalurkan hobi itu lewat mountain bike ataupun tracking ke Gunung Bintang. Berada pada ketinggian sekitar 340 meter, mata Anda akan leluasa memandang kecantikan Pulau Bintan, yang setiap tahunnya dikunjungi tak kurang 350 ribu wisatawan. Memang, sebagian besar yang datang bukanlah wisatawan domestik, melainkan turis mancanegara, seperti Singapura, Korea Selatan, dan Jepang.
Tak hanya keindahan alam. Pulau Bintan juga memiliki kekayaan hayati yang layak dibanggakan. Sebagai pulau yang berada di daerah tropis, Pulau Bintan memiliki ekosistem yang unik dengan beragam flora dan fauna. Kera, katak, berbagai jenis ular, kunang-kunang, kadal, dan beragam jenis burung hidup dengan nyaman di pulau ini.
Belum lagi pejelajahan di hutan mangrove di Sungai Sebung yang dulu sempat rusak. Di sepanjang Sungai Sebung Ini kita akan menjumpai beragam jenis hutan mangrove yang tergolong unik seperti Pencil Roots Avioennia, Stilt Roots Rhizopora, Knee Roots Bruguiera, dan Ribbon Roots Xylocarpus. Dalam tur di hutan mangrove ini, wisatawan bisa melihat secara langsung habitat hewan-hewan liar yang hidup di dalamnya.
Semoga informasi ini membantu para pebonsai yang akan ke pulau Bintan.

Selasa, 24 Januari 2012

KACAMATA UNGU

AKU

Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau

Tak perlu sedu sedan itu


Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943




KRAWANG-BEKASI


CHAIRIL ANWAR

Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

(1948)
 

UNJUG HEPI

PERTANDINGAN BONSAI PERINGKAT
KEBANGSAAN 2011

Wajah negeri tetangga kita Malaysia dalam menyelenggarakan pameran bonsai tingkat nasional cukup meriah, jika dilihat dari barangnya tidak begitu banyak tetapi materi cukup diandalkan.
Yang paling menarik disini adalah tempatnya di Plasa atau Mall, sehingga para penikmat yang tidak kenal dengan tanaman bonsai juga bisa melihat. Inilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia untuk bisa menyelenggarakan hal tersebut. Tidak kalah penting yang meresmikan adalah para pejabat negara setingkat menteri. Sehingga semangat penyelenggara pameran dan para penggemar bonsai tumbuh dengan baik.

 Marilah kita mencontohnya. Kita bersatu untuk peningkatan kwalitas perbonsaian yang ada di tanah air ini.
Pameran Bonsai atau istilah Malaysia adalah Pertandingan Bonsai diselenggarakan pada tanggal 7 s/d tanggal 12 September 2011, di Kuantan Parade. 
Materi cukup lumayan untuk bisa dinikmati, display cukup bagus. Suasana panas yang hal ini tidak disukai oleh masyarakat  kita tidak terjadi, karena pameran diadakan didalam gedung.
Suasana cukup bersih dan enak dinikmati dalam waktu yang lama, sehingga daya khayal serta darah seni penghobi bonsai dapat tersalurkan dengan baik. 
Fasilitas yang mendukung ini perlu ditingkatkan, kesan bonsai sebagai sebuah seni akan tercipta diantara masyarakat.
Inilah yang diharapkan dapat meningkatkan semua potensi bonsai yang ada di daerah kita.
Dalam hal tanaman tidak kalah bagus dengan negara-negara lain, tergantung managemen pengelolaan yang baik harus cepat diciptakan. Andalan tanaman Indonesia harus tetap dipertontonkan agar daya tarik orang asing ke Indonesia semakin meningkat. Kita punya master bonsai tingkat dunia yaitu Robert Steven, yang mungkin bisa membantu agar pameran bonsai di Indonesia ini terselenggara dengan baik, yang tak kalah penting adalah ketertarikan orang yang semula tidak senang dengan bonsai menjadi penghobi bonsai.
Diatas dapat dilihat suasana pameran di Malaysia.

Senin, 23 Januari 2012

BONKEIR

ROBERT STEVEN

Pertama kali tertarik dengan bonsai,  seorang Robert Steven pada waktu itu jalan-jalan ke Puncak Bogor sekitar tahun 1980. Dia dengan iseng membeli pohon kecil yang ada di pot.
"Sejak itu saya tertarik membuat bonsai. Nggak pakai sekolah khusus karena memang saya suka seni lukis dan patung,"  kata Robert Steven.
Robert Steven belajar dengan daya insting dan jiwa seni yang telah mengalir dalam tubuh.  Dia lahir di Binjai Sumatra tahun 1958 dan sekarang berdomisili di Jl Batu Tulis VIII No 27-A, Jakarta Pusat.
Kemudian beberapa waktu Robert Steven menghubungi PPBI (Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia) dan ketika membuat bonsai ada kritikan dari PPBI bonsai yang dibuat salah tidak sesuai pakem atau aturan yang sudah berjalan selama ini. Dengan kritikan itu membuat Robert Steven mengalami kebingungan dan dalam darah seninya berontak. Keputusasaan mulai menyelimuti dan sempat memutuskan untuk tidak mendalami ilmu bonsai. Karena bonsai tidak bisa mengungkapkan cita rasa seni yang bergejolak dalam hati.
Ismail Saleh seorang Menteri Kehakiman pada waktu itu yang merupakan penasihat PPBI mengajak Robert Steven belajar bonsai ke Tiongkok. Alasannya sederhana, Robert Steven bisa berbahasa Mandarin sehingga bisa menjadi penerjemah sekaligus belajar tentang bonsai yang memang berasal dari Tiongkok sejak lebih dari 1.300 tahun lalu.
Di Tiongkok, Robert Steven mendapat ilmu baru  mengenai seni bonsai yang selama ini berbeda dengan yang didapat selama ini. "Di sana tidak diajarkan mengenai peraturan-peraturan, tapi falsafah serta aspek seni dan estetikanya. Saya pikir inilah yang bener karena seni itu memang nggak ada aturannya, nggak ada benar nggak ada salah," tegas Robert Steven. Inilah yang mengilhami Robert Steven untuk  mengembangkan ilmu bonsai yang lain digeluti sekarang. Coba kita perhatiakn aliran Robert Steven lebih condong mengarah pada bentuk-bentuk Tiongkok daripada bentuk Jepang.
Kepulangan dari  Tiongkok,  Robert Steven menyadari bahwa di dunia bonsai tidak ada yang secara khusus mendalami estetika bonsai. Semua buku yang ada hanya mengajarkan teknik pembuatan dan kriteria-kriteria bonsai. "Itulah yang ditelan mentah-mentah oleh penggemar bonsai dan dianggap sebagai aturan baku," kata Robert Steven.
Robert Steven berani mempertahankan argumennya bahwa membuat bonsai tidak boleh mengikuti aturan secara membabi buta. "Semua aturan dalam buku saya catat. Mana yang dianggap salah dan mana yang dianggap benar. Ternyata, semua itu ada alasannya. Yaitu, aspek estetika seni dan aspek hortikultura yang berkaitan dengan fisiologi dan morfologi tanaman," terangnya.
Sejak saat itu, Robert Steven mulai menulis artikel soal bonsai dan mencetak buku pertamanya berjudul Vision of My Soul yang akhirnya menjadi best seller di dunia. "Saat itulah konsep saya dikenal di seluruh dunia dan mulai banyak diundang untuk memberikan ceramah serta mengajar di berbagai negara," jelas Robert Steven.
Sebelum itu, banyak pencinta bonsai yang mengalami gejolak batin karena bonsai terlalu banyak aturan. "Tapi, kok banyak bonsai yang menyimpang dari aturan justru terlihat lebih indah. Nah, sekarang mereka mendapatkan pembenarannya dari konsep saya itu," ujar Robert Steven.
Cara pandang Robert Steven akhirnya diakui dunia. Hingga sekarang, dia telah memenangi lebih dari 200 kompetisi bonsai tingkat nasional maupun internasional. Dia juga dipercaya menjadi sekretaris jenderal Asia-Pacific Bonsai Friendship Federation (ABFF) dan menjadi duta Bonsai Clubs International (BCI) serta Dewan Direksi BCI sejak 2002 hingga sekarang.
Buku-buku Robert Steven cukup laris di berbagai negara hingga harus cetak ulang. Akhir 2008, dia kembali mengeluarkan buku keduanya berjudul Misson of Transformation yang juga menjadi salah satu buku panduan bagi penghobi bonsai dunia.
Dia berasumsi, segala model pohon di alam tidak terbentuk secara kebetulan, tapi selalu ada alasannya. "Misalnya, di mana letak sumber airnya, di mana arah sinar mataharinya, anginnya, serta faktor ekternal lain akan memengaruhi bentuk pohon. Contohnya, pohon beringin di alam terbuka pasti berbeda dari yang hidup di pinggir sungai," kata Robert Steven.
Menurut  Robert Steven , bonsai yang bagus adalah bagaimana membentuk tanaman kecil tapi dapat membuat orang yang melihat membayangkannya seperti pohon besar yang tumbuh di alam. "Tanpa pendekatan hortikultura dan estetika, bonsai akan terkesan artifisial seperti kerajinan tangan yang semua hampir sama," kata Robert Steven.
Aspek alam dan aspek seni estetika itu tidak pernah diajarkan di buku mana pun. Karena itu, buku-buku Robert Steven  selalu menjadi rujukan. Robert Steven juga selalu tak lupa menekankan filsafat bonsai. Yaitu, membuat pohon bernuansa cuplikan alam nyata dalam ukuran mini. Jadi, bonsai harus sedekat mungkin seperti pohon besar di alam.
Robert Steven yang mempunyai 2 anak,  sekarang semakin sibuk mengurusi kegiatan para penghobi bonsai. Sebab Robert Steven harus pergi mengajar di berbagai organisasi bonsai di dalam negeri atau luar negara.
Robert  Steven kini memiliki lebih dari 500 bonsai yang sebagian besar diletakkan di taman miliknya di Jl Taman Pluit Putra Putri. Dia menilai semua bonsai buatannya adalah masterpiece (karya terbaik) karena dirinya tidak pernah membuat pengulangan. "Jadi, satu sama lain pasti berbeda," ungkapnya.
Meski sudah tenar sebagai master bonsai dunia, dia menolak menjual karya-karyanya, walau ditawar dengan harga berapa pun. "Awalnya banyak yang menawar. Tapi, karena tahu saya nggak pernah jual, mereka jadi nggak berani nawar lagi. Untuk koleksi saja, dinikmati sendiri. Mungkin saya satu-satunya yang seperti itu," katanya.
Demikian sedikit mengenai Robert Steven, seorang master bonsai yang dipunyai oleh bangsa Indonesia, yang diawal ketertarikan bonsai,  banyak sekali pertentangan yang tidak setuju dengan hasil karyanya. Sekarang Robert Steven telah menunjukkan bahwa senia bonsai yang ditekuni dengan tanpa ada pakem yang menyertai, yang selama ini dianggap sebuah peraturan yang tidak bisa dirubah oleh para penghobi bonsai, dengan sentuhan seni dalam hati akan membuat karya yang besar.

DONGKELAN


LUMUT
Lumut merupakan tumbuhan kecil dan  lembut. Tumbuhan ini tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhana menutupi batang  yang tipis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang sangat luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.

Lumut mempunyai klorofil sehingga dapat tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut. Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem). Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermtozoidb dan alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum. Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius). Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur. Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian sebagai berikut Vaginula (kaki), Seta (tangkai), Apofisis (ujung seta yang melebar), Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.

Lumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa.

Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya..

Manfaat lumut untuk bonsai, akan memperindah media tanam, sehingga kelihatan lebih manis untuk tampilan. Disarankan penggunaan lumut maximal ¾ ( tiga seperempat ) bagian media yang ada di pot. Karena sirkulasi udara tidak tertutup oleh adanya lumut.
Ada saran monggo.

Kamis, 19 Januari 2012

DONGKELAN

SANCANG



Sancang tumbuhan yang sangat istimewa untuk bonsai terutama sifat daun yang bisa berubah cukup signifikan. Jika di alam bebas sancang bisa tumbuh besar dan daun cukup besar pula, sekali dibuat untuk bonsai daun sancang akan mengecil dan dapat mengikuti pertumbuhan batangnnya. Saya belum melihat tanaman lain yang daunnya mempunyai sifat seperti itu. Daun sancang pada waktu di alam liar berdiameter 15 cm, sedangkan dibuat bonsai bisa menjadi setengah cm. Ini yang membuat sancang cukup unik untuk dibuat bonsai.
Pohon juga bisa dibuat keringan. Tapi harus sering-sering memberi pelindung. Pohon sancang bisa dicangkok dan bisa distek ( cukup ditancapkan pada tanah sudah tumbuh ). Sancang cepat hidup dan juga cepat mati jika tidak hati-hati. Pemotongan pada batang sancang juga harus hati-hati, jika dalam pemotongan ada pori-pori terbuka pada kambiumnya, sancang akan mati ranting. Sebaiknya pada waktu pemotongan dengan gunting, bekas potongan harus ditutup dengan obat penutup tumbuhan atau jika tidak ada, bisa dilakukan dengan memotong kembali daun tersebut dengan cuter, seperti orang membuat bambu runcing.
Pohon sancang bisa diokulasi dengan tanaman lain. Biasanya menggunakan wahong. Bagian kaki dan batang menggunakan pohon wahong dan untuk atas atau daun menggunakan sancang.
Akar sancang dalam pot harus sering dipotong, yaitu kurang lebih 6 bulan sekali, jika tidak dilakukan akan mengalami kemerosotan pertumbuhan, kemungkinan bisa mati. Sancang rakus akan makanan, pupuk juga harus agak banyak, tetapi jangan terlalu banyak yang dapat mengakibatkan pembusukan pada batang. Pemupukan dilakukan tiap minggu sekali, sedangkan tanaman yang lain bisa dua minggu sekali.
Penyakit sancang yang sering terjadi yaitu terkena hendrak atau hewan yang berwarna putih. Hewan ini bisa terbang seperti kupu-kupu. Biasanya untuk membunuh penyakit ini,  yang bisa dilakukan secara rutin disemprot pestisida 3 hari sekali sampai hewan yang putih-putih itu mengering. Bisa juga digunakan sabun detergen, disemprot selama 3 hari sekali sampai mengering juga. Jika sudah mengering maka pohon dapat disikat dengan sikat gigi dan disemprot dengan air yang betekanan sehingga penyakit rontok. Selanjutnya ditempatkan agak teduh selama 1 minggu.  
Demikian pengalaman saya selama memelihara bonsai sancang. Selamat mencoba. Semoga berguna bagi temen-temen. Jika ada urun rembuk ya monggo.

Rabu, 18 Januari 2012

DONGKELAN


KAWISTA  ( FERONA LUCIDA )



Pengalaman memelihara Kawista memang gampang-gampang susah. Ada seorang temen mempunyai bonsai kawista sudah mendekati bonsai yang cantik maka datang seorang trainer untuk memperbaiki bonsai tersebut, ternyata hasilnya cukup cantik sekali untuk penampilan, tetapi beberapa minggu kemudian daun rontok dan bonsai yang semula sangat cantik  menjadi rusak dan mahkota mati tinggal cabang bawah yang masih hidup sehingga tidak bisa disebut cantik lagi. Kenapa begitu ?
Ternyata kawista tersebut diganti potnya, ketika mengganti pot dan media, trainer tersebut dengan memotong akar yang agak besar. Ternyata sifat kawista jika dipotong akarnya sedangkan daunnya dibiarkan (tidak dipotong sampai bersih) maka kawista akan mengalami kematian minim kematian ranting. Kawista jika mengalami kematian tidak langsung kering tetapi beberapa hari masih menunjukkan kehidupan, kemudian mati secara pelan-pelan.
Saya juga pernah membeli babon yang sekarang masing hidup dengan segar, babon tersebut yang akan saya beli sudah terpotong akarnya dan diberi glangsing serta media seadanya sedangkan  daun juga dipotong bersih. Kemudian saya tempatkan agak teduh selama 2 minggu kemudian pelan-pelan dipanaskan, sehingga tanaman tidak kaget. Kawista tersebut tetap hidup samapai sekarang.
Dari pengalaman itu saya dapat pelajaran tentang kawista bahwa sifat kawista setiap ada penggantian pot atau media sebaiknya jangan memotong akar lebih banyak, cukup ditata dan dipotong sedikit saja. Jika ada pemotongan akar sebaiknya daun juga dipotong sehingga kekuatan makanan akan terbagi rata.
Jika beli pembibitan biji juga begitu. Tidak semua biji kawista bisa tumbuh sesuai yang diharapkan. Sebaiknya pilih biji yang sudah tua sehingga biji tersebut dapat tumbuh. Jika beli usahakan secepat mungkin segera ditanam untuk mengetahui apakah biji kawista tersebut bisa tumbuh atau tidak.
Kawista juga tidak bisa dibuat bonsai keringan, karena pengeringan sering sekali tumbuh jamur dan kropos, sehingga pohon tidak sekuat santigi atau sisir yang mempunyai pohon yang kuat meskipun kondisi kering. Saya coba untuk memberi penguat atau obat untuk menutupi keringan untuk kawista ternyata tetap saja kropos.
Jika dalam perantingan muncul seperti getah, itu akan mengakibatkan batang tersebut akan mengalami mati ranting, sehingga waktu meranting hati-hati. Tapi Kawista dipotong semua daunnya tidak akan mati, sepanjang akar dan media tidak ada perubahan.
Begitulah pengalaman saya untuk merawat kawista. Mungkin ada urun rembuk monggo.

Ada sedikit tambahan informasi dari Bapak Budi penghobi bonsai dari Gresik jika akan memindahkan Kawista ke pot lain dan bisa bertahan hidup  "Pada waktu memindah tanaman ke pot yang baru, harus pelan-pelan agar akar kawista tidak bergerak terutama bagian atas sehingga tidak banyak akar yang putus, setelah dipindah harus dihilangkan daunnya agar mengurangi tingkat penguapan dan harus diberi plastik transparan atau ditempatkan yang teduh"


Selasa, 17 Januari 2012

KACAMATA UNGU

T I T I P A N
( W.S. RENDRA )




Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku ...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan ...
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya ...
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebuah musibah ...
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka ...
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja
untuk melukiskan kalau itu adalah derita ...

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku ...
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku ...
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika ...

Aku rajin beribadah, selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku ...
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih ...
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku ...

Ya Alloh, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanya untuk beribadah ...
"Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"




Puisi terakhir WS Rendra yang ditulis di atas ranjang RS sebelum ajal menjemputnya




Senin, 16 Januari 2012

DONGKELAN

Pengalaman memelihara Santigi (Phempis Acidula)


Santigi banyak terdapat di nusantara ini yang tersebar di hampir seluruh Indonesia dan beberapa negara kepulauan tropis di dunia. Dengan habitat awal yang berada di wilayah pesisir, menjadikannya sebagai tanaman yang bisa tumbuh dimana saja, meski dengan perawatan dan perlakuan yang biasa. Kadang ada santigi juga berada di pegunungan yang mempunyai tumbuh berbeda.
Santigi adalah tanaman yang membutuhkan panas dan air serta hembusan angin yang kuat. Apalagi kalau siraman dipakai air laut untuk beberapa saat, tumbuhnya akan maksimal. Perlu diketahui untuk menyiram air laut menurut pengalaman antara 1 sampai dengan 2 kali seminguu.
Untuk media tanam yang digunakan cukup sederhana, yaitu dengan komposisi dominasi pasir Malang dicampur pasir pantai atau jika tidak ada dicampur pasir biasa serta pupuk  kandang terutama kotoran kambing lebih bagus dan juga media yang biasa kita temuin di orang jualan tanaman. Pemilihan media menggunakan pasir memang sengaja diambil, karena dilihat dari habitat asli tanaman ini yang berada di pesisir pantai, sehingga kandungan pasirnya cukup besar. Komposisi media antara pasir pantai atau pasir sungai dengan pasir malang serta media pupuk organik yang kita beli di tempat jualan tanaman sama. Sedangkan pupuk kandang secukupnya.
Secara rutin media tanam harus disiram dan dijaga agar tetap basah. Ini dilakukan untuk menghindari tanaman kekurangan air. Penyiraman yang baik pada pagi hari dan sore hari, kadang-kadang ada temen disiram pada waktu siang juga menghasilkan tanaman yang baik. Yang penting air harus betul-betul lewat dalam pot, tidak terendam disitu. Yang perlu diingat adalah sinar matahari mutlak diperlukan, sehingga disarankan untuk meletakkan tanaman ini di luar ruangan. Bisa dimasukan ke dalam rumah tapi jangan terlalu lama.
Penyakit jadi satu hal yang ditakutkan oleh penghobi bonsai santigi adalah kutu merah dan ulat yang bisa menghabiskan daun serta menyerang batang. Hal ini pada tingkat berat bisa saja mati. Langkah awal yang dilakukan antara lain memisahkan bonsai dengan koleksi lainnya. Ini dilakukan untuk menghindari penularan. Bila hanya satu atau dua tanaman yang terserang sebaiknya dilakukan pembersihan manual tanpa bahan kimia. Caranya harus melihat satu persatu bagian bonsai dan membuang kutu dan ulat. Namun bila serangan hama sudah parah dan menyebar pada koleksi bonsai lainnya, cara terakhir tentu dengan menggunkan pestisida. Jangan lupa untuk menggunakannya sesuai dosis, sebab bila berlebih bisa menyebabkan hama tersebut kebal dan lebih sulit untuk dibasmi.
Kadang santigi juga mengalami mati ranting, ini memang sulit. Sampai sekarang belum menemukan bagaimana caranya agar bonsai kita tetap bertahan. Yang bisa kita lakukan sesuai perawatan diatas tadi, sehingga terhindar dari mati ranting.
Itulah pengalaman saya selama memiliki dan merawat tanaman santigi, mungkin ada pengalaman lain monggo nambahi. (Adit)