Minggu, 25 Maret 2012

BONKIEPER



Sukoharjo — Tak semua hal bisa dihargai dengan uang. Salah satunya adalah seni bonsai. Bagi Anda pecinta tanaman tentu tak asing dengan istilah bonsai. Ya, bonsai merupakan tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar di alam bebas.

Joko, Cintai Si Bonsai Sejak Kuliah

Seni ini mencakup berbagai teknik diantaranya pemotongan, pemangkasan tanaman, pengawatan, serta membuat akar menyebar di atas batu. Teknik pengawatan dimaksudkan untuk membentuk cabang dan dahan pohon atau membengkokkannya dengan melilitkan kawat.

Keindahan tanaman bonsai yang begitu membius akan sebuah ketenangan membuat para bangsawan kerajaan Jepang mulai menjadikan bonsai sebagai identitas kebangsawanan. Sehingga bonsai pun menjadi identik sebagai tanaman kerajaan. Di Jepang sendiri hobi bonsai merupakan hobi prestisius dengan nilai nominal selangit bahkan kadang tak bisa dihargai dengan uang.
Salah satu kolektor sekaligus pelaku budi daya bonsai di daerah Kartosuro, Sukoharjo adalah Joko Winarso. Joko mengaku menekuni besnis bonsai ini berawal dari hobi. “Saya menekuni bisnis bonsai berawal dari hobi, saya sejak kuliah sudah senang tanam-tanam jenis bonsai ini dan saya punya prinsip jadi orang tidak boleh nganggur, harus kita itu bekerja dan berinovasi. Mulai kuliah saya cari-cari kemudian punya seratus, dua ratus itu dari tahun 1987. Kemudian ada kawan-kawan yang nempil beli, barulah tahun 2000 saya ikut pameran-pameran,” cerita Sekretaris Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) ini saat ditemui Timlo.net di kediamannya, Kamis (12/4).
Di rumah Joko terdapat ribuan bonsai dengan berbagai bentuk dan gaya. Pria ramah ini pun juga memberikan tips untuk merawat tanaman cantik ini.
“Bonsai yang sudah hidup itu tidak akan mati asalkan memenuhi tiga syarat, yaitu dapat sinar matahari, dapat air dan tidak becek itu yang pokok. Kemudian biar subur, ganti tanah atau media. Bila terkena penyakit cari tahu dahulu penyakitnya apa, kemudian diberi insektisida yang sesuai. Kalau daunnya sudah lebat harus segera dipotong terus,” paparnya
Memang dibutuhkan kesabaran serta ketekunan dalam merawat bonsai. Terdapat makna filosofi yang mendasari tumbuh dan berkembangnya seni Bonsai. Filosofi bonsai dibangun atas dasar keseimbangan dan harmoni yang memang sudah tersedia di alam. Keseimbangan dan harmoni inilah yang membuat sebuah pohon yang dibonsai dapat memperlihatkan keindahannya




Sumber : Timlo.net

KACA MATA UNGU

"Apakah Seni itu?"


Pada kenyataannya pertanyaan itu tidak mudah untuk dijabarkan. Seni adalah fenomena yang kompleks. Batasan atau maknanya ditentukan oleh banyak faktor, seperti kurator, kritikus, pasar, pranata, paradigma akademis, kosmologi kultural, perubahan jaman, aliran filsafat, dan sebagainya. Seni memiliki konsep majemuk, dinamis, bergerak bebas dan mampu mengakomodasi kecenderungan individual yang khas, tidak lagi patuh pada klasifikasi historis dalam penciptaan karya seni secara kronologis, maupun klasifikasi seni berdasarkan aliran seni tertentu. Konsep seni terus berkembang sejalan dengan perkembangan budaya dan kehidupan masyarakat yang dinamis.

Tidak dapat dipungkiri pada mulanya definisi atau makna seni yang digunakan dalam budaya masyarakat Indonesia merupakan adaptasi definisi seni dari konsep seni Eropa dan Amerika. Menurut Soedarso,Sp (1988), kata "Seni" mempunyai makna yang dekat dengan istilahl'arte (Italia), l'art (Perancis), el arte (Spanyol) dan art (Inggris), yang berarti kemahiran, ketangkasan, dan keahlian. Sedangkan kata artes memiliki arti orang-orang yang memiliki kemahiran atau ketangkasan.

Dalam buku Tinjauan Seni, Soedarso menjelaskan bahwa kata "Seni" berasal dari kata "Sani"dalam bahasa Sansekerta yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan, atau pencarian dengan hormat dan jujur. Dalam versi lain seni disebut "Cilpa" yang berarti berwarna atau pewarna, yang kemudian berkembang menjadi "Cilpacastra" yang berarti segala macam kekriyaan (hasil ketrampilan tangan) yang artisitik.

Dalam perkembangannya muncul berbagai pengertian seni, yaitu:
a. Seni sebagai karya seni (work of art), pengertian seni sebagai "benda/karya" atau "hasil kegiatan" diungkapkan oleh Joganatha bahwa seni atau keindahan adalah sesuatu yang menghasilkan kesenangan, tetapi berbeda dengan sekedar rasa gembira, karena mempunyai unsur transendental atau spiritual. Sedang menurut Goerge Dicki, seni sebagai berhubungan dengan pemahaman tentang posisi benda seni dalam budaya material, yakni klasifikasi benda buatan manusia secara kultural. Sifat fisik benda seni mengandung nilai-nilai untuk diapresiasi. Karya seni pada hakekatnya mewadahi nilai-nilai personal manusia dan nilai-nilai sosial denganberbagai ragam wujudnya. Sebagai contoh, Lukisan prasejarah di berbagai Gua memiliki nilai religi magis yang membangkitkan spirit dan sugesti terhadap binatang buruan.
b. Seni sebagai Kemahiran seperti dikatakan Aristoteles adalah kemampuan membuat sesuatu dalam hubungannya dengan upaya mencapau suatu tujuan yang ditentukan oleh gagasan tertentu. Contoh, Pematung Bali dan Jepara mahir dan terampil dalam memahat bermacam patung dan ukiran kayu yang memiliki nilai seni atau fungsional, Idris Sardi terkenal karena kemahirannya memainkan biola dengan berbagai improvisasi yang kreatif.
c. Seni sebagai Kegiatan Manusia diungkapkan oleh Leo Tolstoy, merupakan kegiatan sadar manusia dengan perantaraan tanda-tanda lahiriah tertentu untuk menyampaikan perasaan-perasaan yang dihayatinya kepada orang lain. Contoh, ekspresi wajah dan gerakan yang lucu pelawak mengundang gelak tawa penonton,

Seni adalah ungkapan perasaan, demikianlah pernyataan yang sering kita dengar tentang seni. Jika kita renungkan, sesungguhnya ungkapan tersebut memiliki kebenaran. Karena seni itu sendiri memang merupakan ungkapan dari pengalaman-pengalaman bathin. Pengalaman itu kemudian dituangkan melalui berbagai medium seni, yang akhirnya kita nikmati sebagai sebuah karya. Dalam dunia seni rupa, medium ini terungkap menjadi lukisan, patung, grafis, karya serta karya-karya lainnya.
Seni berkaitan erat dengan nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi perasaan manusia akan keindahan yang dilihat dan dinikmati oleh mata maupun didengar oleh telinga. Karena manusia adalah makhluk dengan cita rasa yang tinggi, maka dihasilkanlah kesenian dengan berbagai kreativitas, jenis dan corak mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks. Dewasa ini seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dan kreatifitas manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Seni sangat sulit dijelaskan dan juga sulit dinilai. Masih bisa dikatakan seni adalah proses dan produk dari memilih medium,dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin.
Menurut kamus Bahasa Indonesia, seni merupakan karya (sajak, lukisan, musik dan lain-lain) yang diciptakan dengan bakat dan merupakan hasil daripada sesuatu ciptaan.. Seni mencakupi nilai moral yang membawa kesan keharmonian kepada masyarakat dalam konteks adat dalam kesenian sesuatu budaya itu sendiri.
Lowenfeld (1983) mengatakan setiap masyarakat yang paling primitif sampai masyarakat yang paling modern mengekspresikan dirinya melalui seni. Lowenfeld juga menyatakan bahwa anak muda menggunakan seni untuk mengekspresikan bagaimana ia belajar untuk mengembangkan konsep. Herberd Reed dan Lowenfeld (1982) menyatakan bahwa seni pada dasarnya sulit untuk dipahami dan dijeleskan dengan fakta. Seni merupakan hal yang dinamis dan menyatu sebagai potensi yang sangat besar untuk pendidikan anak. Seni selalu menyuguhkan suatu konsep yang metafisik. Secara fundamental seni merupakan organik dan fenomena yang dapat diukur. Seni memiliki dua prinsip, yaitu : prinsip bentuk (fungsi persepsi) dan keaslian (fungsi imajinasi).
Muharam (1991) menyatakan seni atau kesenian secara umum dikenal sebagai rasa keindahan umumnya dan rasa keharuan khususnya yang melengkapi kesejahteraan hidup. Pandangan ini melihat seni sebagai suatu keindahan (rasa keindahan) dan keharuan. Disini seni berarti karya manusia, artinya sesuatu yang tercipta oleh karya manusia yang melibatkan seluruh pikiran, perasaan untuk menggagas, memproses dan menghasilkan bentuk karya yang mempunyai nilai keindahan dan menimbulkan keharuan dan memberi kepuasan serta kesejahteraan manusia. Dengan demikian seni secara nyata merupakan keindahan kreasi manusia.
Seni pada mulanya adalah proses dari manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam intisari ekspresi dari kreativitas manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur keindahan.
Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit dinilai, bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni adalah proses dan produk dari memilih medium, dan suatu set peraturan untuk penggunaan medium itu.

Syafwan di bagi seorang seniman, berkarya merupakan sebuah tantangan yang harus dilewati. Berkarya adalah menjawab tantangan dan memecahkan permasalahan-permasalahan yang timbul, baik permasalah yang ada di dalam diri sendiri, maupun berbagai permasalahan yang ada di luar diri. Keinginan-keinginan untuk memecahkan permasalahan itulah yang menyebabkan seorang seniman berkarya. Berbagai permasalahan yang muncul, baik dalam diri maupun yang berada diluar diri, kemudian dialami seniman menjadi sebuah pengalaman bathin. Pengalaman bathin ini selanjutnya berubah menjadi sebuah angan-angan. Akhirnya dengan daya indah yang ada pada seorang seniman, berbagai angan yang ada, kemudian diungkapkan menjadi sebuah karya seni melalui medium seni yang dipilihnya sendiri.

Dari ungkapan di atas terlihat bahwa pada dasarnya setiap bentuk karya seni memuat unsur-unsur budaya, karena ia memang terlahir dari keinginan seorang seniman untuk merespon berbagai gejala yang timbul. Baik yang terdapat didalam dirinya sendiri maupun gejala yang berkembang diluar dirinya, atau dalam lingkungannya. Selanjutnya dengan menggunakan berbagai ungkapan yang dipilih seniman sebagai pengandaian lahirlah sebuah potret tentang kebudayaan. Yang menjadi pertanyaan kemudian ialah potret seperti apakah yang ditampilkan seniman dalam menangkap gelora budaya yang terjadi di sekitarnya. Kemudian pengandaian seperti apakah yang dipilih seniman dalam mengungkap berbagai gelora kebudayaan tersebut. Permasalahan dapat disigi dengan menggunakan pendekatan proses cipta seniman dan telaah karya tentang potret kebudayaan serta permasalahannya.
Pekerjaan mencipta merupakan sebuah usaha yang dilakukan untuk menemukan sesuatu yang baru. Hurlock dalam Utami (1988: 2-3) mengatakan bahwa kreatif adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, apakah suatu gagasan atau suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan yang baru. Sedangkan Erich Fromm, ahli teori analisis ilmu jiwa dalam bukunya berjudul "The Creative Attitude "¦ mengatakan bahwa : Kreativitas adalah suatu kemampuan untuk melihat ( menyadari, bersikap peka ) dan menanggapi Chandra (1994: 12)
Lebih lanjut, Rogers dalam Utami (1988: 3) mengatakan bahwa; "Kreatif merupakan munculnya dalam tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu disatu pihak, dan dari kejadian, orang-orang, dan keadaan hidupnya dipihak lain"?. Dalam pernyataan ini Rogers menekankan bahwa lingkungan merupakan faktor penting dalam proses kreativitas. Lingkungan ikut memberikan andil terhadap karya jalan fikiran seseorang. Dengan demikian karya-karya yang bermula dari proses kreasi, adalah juga hasil dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Seorang seniman dapat pula disebut sebagai kreator, karena ia selalu berkarya, dan selalu mencari sesuatu yang baru. Karya seni lahir melalui sebuah proses cipta yang terjadi di dalam diri seorang seniman. Proses ini diawali dengan munculnya keinginan-keinginan yang melanda diri seniman. Keinginan-keinginan ini muncul karena dorongan yang dating dari dalam diri sendiri maupun dorongan yang datang dari luar. Selanjutnya, keinginan-keinginan yang telah mendapat dorongan tersebut diolah seniman, dengan menggunakan daya estetis yang dimilikinya. Setiap orang pada dasarnya memiliki daya cipta, namun dalam kenyataannya belum semua orang dapat memanfaatkan daya tersebut. Karena daya cipta itu perlu pula mendapat dorongan, berupa hal-hal yang dapat menimbulkan minat untuk melakukan ciptaan. Utami (1988: 21) mengatakan bahwa untuk menimbulkan minat kreasi, maka dibutuhkan kondisi-kondisi tertentu, baik kondisi-kondisi eksternal (dari lingkungan dalam arti kata sempit dan luas, mencakup kondisi sosio-kultural dan politis) maupun kondisi-kondisi internal (pribadi, dalam diri individu) agar dapat muncul, tumbuh dan terwujud menjadi karya-karya kreatif yang bermakna uuntuk individu dan masyarakatnya, kebudayaannya.

Daya cipta seseorang sangat dipengaruhi oleh dorongan yang dimiliki oleh masing-masing diri. Semakin tinggi dorongan yang dimilikinya, maka besar kemungkinan akan diperoleh daya cipta yang tinggi pula. Utami Munandar (1988: 1) menyimpulkan bahwa " Kreativitas merupakan ungkapan unik dari keseluruhan kepribadian sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, dan yang tercermin dalam pikiran, perasaan, sikap atau perilakunya"?.

Lingkungan bathin, yaitu bakat yang memang telah dimiliki oleh seorang seniman sebagai kodratnya, atau sebagai anugerah dari Sang Pencipta. Kemudian lingkungan budaya, dimana seorang seniman telah tumbuh dan berkembang di dalam lingkungan tersebut, serta lingkungan luar sebagai akibat kemajuan ilmu dan teknologi secara lebih luas.
Selanjutnya proses mencipta juga dipengaruhi oleh keterampilan yang dimiliki oleh seorang seniman. Kemampuan melakukan, baik yang bersifat cara mengerjakan, penguasaan pokok permasalahan, atau apa yang akan dikerjakan, maupun penguasaan bahan dan alat yang digunakan dalam berkarya. Penguasaan keterampilan dan penguasaan pokok persoalan serta penguasaan bahan yang baik dapat memberikan keleluasaan kepada seniman untuk melakukan berbagai kemungkinan dalam berkarya cipta.
Sebagaimana yang dikemukakan Lowenfeld (1956: 81) bahwa: bahan yang bagus dan perkembangan keterampilan memegang peranan penting dalam mengekspresikan seni. Hanya melalui penggunaan bahan seni, ekspresi-ekspresi dapat berkembang. Seperti kata-kata amatlah penting dalam komunikasi lisan dan struktur kalimat serta paragraf penting dalam komunikasi tulisan, dalam seni, seorang seniman harus mengembangkam keterampilan-keterampilan dan teknik-teknik yang memungkinkan untuk berkomunikasi, dan dia harus mempunyai pemahaman tentang bahan-bahan yang dia gunakan supaya bisa menggunakan kualitas instrinsiknya.
Dorongan lain yang tidak kalah penting adalah tanggapan dan penghargaan, yang datang dari lingkungan seni. Yang dimaksud lingkungan seni disini ialah masyarakat yang menikmati karya seni. Tanggpan dan penghargaan ini dapat diperoleh seniman melalui pameran-pameran yang dilaksanakan. Jumlah pengunjung pada setiap pameran dapat memberikan dorongan yang baik bagi seniman dalam menunjang semangat berkarya cipta. Dengan kata lain, sebuah pameran dapat dilihat sebagai salah satu bentuk kegiatan yang berguna bagi peningkatan karya cipta seorang seniman.
Suatu set nilai-nilai yang menentukan apa yang pantas dikirimkan dengan ekspresi lewat medium itu, untuk menyampaikan baik kepercayaan, gagasan, sensasi, atau perasaan dengan cara seefektif mungkin untuk medium itu. Sekalipun demikian, banyak seniman mendapat pengaruh dari orang lain masa lalu, dan juga beberapa garis pedoman sudah muncul untuk mengungkap gagasan tertentu lewat simbolisme dan bentuk (seperti bakung yang bermaksud kematian dan mawar merah yang bermaksud cinta).
Demikianlah beberapa pengertian seni yang dikembangkan oleh para pakar estetika. Dari berbagai pengertian tersebut, maka seni dalam arti sempit adalah kegiatan manusia dalam mengekspresikan pengalaman hidup dan kesadaran artistiknya yang melibatkan kemampuan intuisi, kepekaan inderawi dan rasa, kemampuan intelektual, kreativitas serta ketrampilan teknik untuk menciptakan karya yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media.

Selasa, 20 Maret 2012

WORO - WORO

PAMERAN BONSAI DI INDONESIA

  1. 23 Maret 2012 s/d 01 April 2012   :    Bintan
  2. 01 April  2012 s/d 07 April 2012    :    Sidoarjo & Gianyar Bali 
  3. 07 April 2012 s/d  14 April 2012    :    Bekasi
  4. 14 April 2012 s/d  23 April 2012    :    Prapen Surabaya
  5. 27  Mei 2012  s/d 02 Juni 2012      :    Lamongan

Sabtu, 17 Maret 2012

DONGKELAN

EXIXTENSI SENIMAN BONSAI INDONESIA


Adalah salah satu hasrat terbesar manusia agar keberadaannya di muka bumi mendapat tempat dan menyeruak dari kerumunan, menemukan tempat yang membedakannya dari orang lain. Jika bukan karena itu, maka gajah mati takkan meninggalkan gading dan harimau mati tidak akan meninggalkan belang, sebab manusia mati ingin meninggalkan nama. Tak terkecuali seniman.

Dalam kurun seni tradisi, sesungguhnya keberadaan kreator banyak yang tidak teridentifikasi. Bahwa banyak karya seni besar telah lahir sepanjang sejarah kebudayaan, yang dapat dikenali hanyalah raja yang memerintah pada masa tersebut. Memang kebanyakan penciptaan karya seni dipersembahkan secara ekslusif kepada penguasa.

Bonsai di Indonesia, yang tak pelak lagi merupakan produk kesenian, masih belum begitu mengenal terminologi eksistensi seniman, seseorang yang mengubah setonggak dongkelan menjadi komposisi bonsai yang indah. Contoh sederhana, dalam publikasi karya, baik dalam kontes maupun penerbitan gambar, biasanyanya hanya dicantumkan nama pohon, ukuran dan nama pemilik. Nama senimanya hanya diketahui segelintir orang yang mungkin mengenal langsung.

Entah bagaimana mulanya, namun bonsai di Indonesia oleh para pelaku bonsai di Indonesia sendiri masih dianggap sebagai barang klangenan dan bukan produk kesenian. Hal mana tidak mengindahkan posisi senimannya yang telah menggubah komposisi selama bertahun-tahun!
Kontes, sekarang tampaknya masih merupakan satu-satunya dan tolok ukur keindahan karya bonsai. Seperti halnya pada produk klangenan lain (tanaman hias dan hewan pelirahaan), menjadi sarana publisitas untuk menaikkan gengsi dan harga jika menang.

Bahwa seniman bonsai pada akhirnya hanya menjadi orang gajian para kolektor dan terperangkap dalam kesibukan menggarap pohon-pohon banyak kolektor, menjadi alasan mengapa seniman bonsai jarang memunculkan karya atas namanya sendiri untuk mewakili keberadaannya.

Bahwa bonsai adalah produk seni yang terus menerus berubah selama pohon itu hidup, bahkan dapat terjadi restyling pada suatu karya bonsai mengiringi kesehatan atau kematian bagian tubuh tanaman, dapat tetap diatasi dengan membuatkan historical data yang menyertai setiap penampilan bentuk karya. Namun jauh di atas itu, yang menjadi tantangan justru kelegowoan para kolektor agar namanya disandingkan dengan nama kreator karya bonsainya.

Publikasi merupakan aspek penting dalam tindak apresiasi kepada masyarakat luas. Jangan lupa bahwa pengenalan secara terus menerus melalui media publik (selain majalah yang bersifat segmented) adalah cara ampuh membentuk komunitas penikmat awam, suatu komponen yang sangat penting dalam pelengkapan elemen masyarakat seni selain seniman, pemilik/gallery/kolektor, dan kritikus/pengamat. Jika keempat elemen masyarakat seni ini telah eksis maka barulah suatu bentuk karya seni dapat hadir dan diakui masyarakat sebagai produk budaya. Seni artinya totalitas, independensi, ekspresi eksistensi dan kebebasan berkarya.

Jangat lupa, seni juga adalah pengakuan, perubahan nilai dan cara pandang masyarakat serta penerimaan. Sewaktu Kodak pertama kali memproduksi kamera, sebetulnya alat ini bukanlah alat berkesenian melainkan dokumentasi. Namun seiring waktu berjalan dan kegiatan fotografi juga sekarang adalah kegiatan kesenian. Sejak kapan grafitti berubah menjadi mural daripada vandalisme?
Maka, para seniman bonsai Indonesia, menyeruaklah! Mengemukalah! Seperti Chairil Anwar pernah menyebut:
Aku ingin hidup seribu tahun lagi!
Dan
Sekali berarti, sudah itu mati!
Cukuplah.

Sumber : villapohon.com

Jumat, 16 Maret 2012

DONGKELAN

FILSAFAT SENI BONSAI BUNJIN


Seni Bonsai Cina tidak terlepas dari pengaruh seni lukis Cina, syair maupun seni budaya tradisionil termasuk seni kaligrafi. Dari sinilah kemudian menjadi salah satu inspirasi para seniman Bonsai yang melahirkan gaya Bunjin yang disebut “Shu hua shi penjing” dengan meniru gaya, karakter dan estetika seni kaligrafi yang duluan berkembang; lalu dikemudian hari disebut juga “Wen ren shu” atau penjing gaya pujangga karena yang menciptakannya adalah para pujangga, bukan gaya tua renta seperti pujangga miskin yang sengsara !   

Bunjin adalah sebuah gaya seni Bonsai yang sangat penuh filosofi budaya, romantika lirikal sastra, makna intelektual; kaya akan garis dan bentuk yang ekspresionis imaginatif; sehingga dalam cara appresiasinya-pun memerlukan tingkatan wawasan yang memadai dengan renungan dan penafsiran, disertai pemahaman estetika yang kontekstual.
Bunjin adalah sebuah karya yang sangat personal karena di dalamnya terkandung emosi sang artis yang sangat meditative dan contemplative. Dalam hal ini, objek pohon tersebut sekedar medium bagi sang artist dalam merefleksikan gagasan yang ingin disampaikan baik secara implicit maupun eksplicit.
Pada salah satu literatur seni Penjing yang ditulis oleh Shao Hai Zhong, seorang Master Penjing di Shanghai, dirumuskan beberapa karakter dan kriteria Bonsai gaya Bunjin sesuai dengan karakter kaligrafi Cina
”Zhong xin ping wen”
Penerapan konsep komposisi yang asimetris tetapi berimbang dengan fondasi yang kokoh. Dalam seni kaligrafi Cina, walaupun setiap guratan garis individu bisa saja terkesan kegelisahan yang tidak berimbang, tetapi pada komposisi keseluruhan harus tetap menampilkan keseimbangan yang harmonis.
Sebagai contoh, karya salah seorang maestro kaligrafi Cina, Zhang Da qian  justru terkenal karena karakter garisnya yang tidak berimbang, tetapi terbingkai dalam suatu komposisi yang unik dan berkarakter.
Dalam hal ini, ukuran dan bentuk wadah tanam menjadi salah satu elemen komposisi yan sangat penting dalam menunjang keseimbangan penampilan keseluruhan.
 “Dou zhong qiu zheng”
Penerapan konsep keseimbangan visual (visual balance). Walau ritme pohon tidak tegak vertical dan penuh dengan gerak yang dinamis dan dramatis, tetapi keseimbangan visual yang harmonis sangat penting. Setiap liukan harus diimbangi dengan manuver yang menghasilkan keseimbangan visual.
 “Shang mi xia shu”
Bunjin adalah suatu gaya yang meniru seni kaligrafi Cina. Struktur kanopi, penempatan percabangan dan ranting serta garis utama batang harus mengesankan kesederhanaan yang ramping dan anggun. Bunjin harus mampu merefleksikan nuansa yang lirikal, puitis dan romantis.
 “Shu mi de yu”
Lebat tetapi tidak rumit.  Alur cabang dan ranting harus jelas dan transparan. Ada istilah “Mi ke yong zhen, xu ke pao ma” yang menjelaskan konsep ruang kosong. Penataan ruang kosong pada gaya ini sangat penting dan dituntut suatu kejelian tinggi dalam teori komposisi.
 “Chan cha bian hua”
Alur, ritme, tekukan, pelintiran gerak batang, cabang dan ranting harus bervariasi, dinamis dan tidak monoton; tetapi tidak terkesan kontradiktif danchaos. Dalam gaya Bunjin, garis dasar yang dipakai bisa saja tergabung dari beberapa jenis karakter garis ( ump. garis zigzag yang energik disertai dengan maneuver garis meliuk dan di-release dengan tarikan garis yang luwes); tetapi sangat dibutuhkan kepiawaian dalam pengolahan garis-garis tersebut sehingga terkemas dalam suatu harmonisasi yang sinkron dan sinergis.
 “Qu rou zhi gang”
Alunan ritme dan gerak harus lembut, tetapi goresan harus penuh energi dan tenaga ibarat gerak senam “Taichi”. Kombinasi antara guratan yang tegas harus diimbangi dengan tarikan yang luwes sehingga terjadi suatu keseimbangan energi yang sinkron dan harmonis.  Hal tersebut tidak terlepas dari filsafat “Yin & Yang” yang mengutamakan keseimbangan universal dengan aliran “Qi” yang sempurna.
Oleh sebab itu, ada suatu ilmu di mana melalui goresan dan gerak tulisan; karakter, emosi dan kondisi kesehatan seseorang dapat dibaca.



Kamis, 15 Maret 2012

DONGKELAN

MITOS MITOS MENGENAI BONSAI

Banyak orang yang telah mengenal bonsai, bisa membedakan mana bonsai mana bukan, namun sentra bonsai masih kalah ramai dibandingkan sentra tanaman hias. Adalah mitos yang beredar di masyarakat awam, yang mungkin awalnya dihembuskan oleh orang bonsai sendiri. Berikut di antaranya:


Bonsai itu mahal
Mendengarkan orang main bonsai, apalagi yang sudah langganan juara di kontes, harga yang disebut memang kadang luar biasa atau fantastis. Hal ini dapat menciutkan nyali bagi pemula atau pra-pemula (orang yang baru mau tahu bonsai). Padahal bonsai sendiri pilihannya sangat luas. Mungkin yang mahal ialah karena jenisnya yang langka, varian yang nyeleneh (mutasi, dll; kadangkala kalau muncul varian variegata pada suatu jenis yang jarang muncul varian ini menjadikannya berharga lebih), keunikan, kerumitan, ukuran kadang juga mempengaruhi.
Bagi pemula atau pra-pemula yang masih ingin eksplorasi ketrampilan dan mengasah kemampuan, pilihan ukuran mame atau small dari jenis-jenis tanaman yang mudah tumbuh mungkin lebih tepat. Dengan latihan yang cukup maka pohon kecil yang muda dapat diolah menjadi bonsai cantik dan berkesan tua. Tanaman semak seperti Cendrawasih, Pangkas atau Teh-Tehan, Sidaguri kadang bisa dengan mudah kita temukan. Tentu yang ukurannya pantas untuk mame atau small. Yang ukurannya medium ke atas sudah habis dibabat pemburu!
Untuk ukuran medium ke atas, pilihlah jenis yang mudah ditemukan di lingkungan desa seperti Beringin atau Asem Jawa. Dua tanaman ini cukup sering kita temukan namun memang agak sulit cari yang bagus. Latihan dan bersabarlah, mungkin bisa diolah menjadi bahan yang baik.

Bonsai Susah Perawatannya
Merawat bonsai sebetulnya tak jauh dari merawat pohon atau tanaman pada umumnya. Seseorang yang pernah menanam pohon dan bisa merawatnya tentu punya bakat untuk merawat bonsai. Penyiraman, pemupukan, pemangkasan adalah faktor yang biasanya diperhatikan. Ingat, istilah tangan dingin diberikan kepada orang yang rajin nyiram!
Mungkin yang dimaksud susah ialah memberi arah bentuk (pada bahan) atau mempertahankan bentuk (pada bonsai jadi). Ini memang perlu pengetahuan yang cukup. Belajar dari buku atau bertanya pada yang lebih dulu tau diperlukan.

Hanya Orang Tertentu yang Dapat Menikmati Bonsai
Yang ini sih benar-benar bohong!
Sebagai hasil produk seni, maka bonsai itu universal. Siapapun yang memiliki citarasa seni, imajinasi, kecintaan pada tanaman dan sedikit saja jiwa naturalis akan mudah menyukai bonsai. Orang menyukai bonsai karena ia menyukai pohon. Tidak ada orang suka bonsai tapi benci sama pohon.



Bonsai Adalah Seni yang Rumit, Penuh Makna Filosofis
Alah, yang ini sih gak usah dipedulikan benar. Makna yang terkandung dalam bonsai akan kita dapati setelah kita melalui tahapan belajar dan merawat. Bukan dengan hanya melihat dan punya bonsai terus bisa memaknai kedalamannya.. Banyak kok orang yang suka dan lama mengenai bunjin tapi tak pernah paham arti bunjin itu.
Cuplikan fenomena pohon raksasa dalam sebuah pot, yang penting dapat dinikmati keindahannya dan memberikan imajinasi bagi orang. Itu sudah cukup. Seseorang mungkin teringat kenangan masa kecilnya ketika melihat pohon tumbuh di pinggir sungai atau pohon rimbun di pinggir desanya dulu yang terefleksi pada bonsai.
Imajinasi inilah yang membuat kita terbang sesaat dan menjadikannya benang merah yang menghubungkan kita dari sebuah pot ke alam bebas dan Tuhan Sang Maha Sempurna. Inilah sesungguhnya makna filosofis itu!

Membuat Bonsai Perlu Waktu yang Lama
Wah! Kalau yang ini memang benar. Perlu waktu sekitar 2 – 3 tahun untuk menyelesaikan bonsai mame dan small, dan mungkin diperlukan lebih dari sepuluh tahun untuk ukuran large.
Bonsai memang seni yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Merawat dan membuat rencana adalah proses yang ada di dalamnya. Inipun kenikmatan. Sama nikmatnya waktu kita mendapati daun baru yang muncul, tunas yang tumbuh dan sesekali bunga dan buah yang menyembul. Kita menikmati keindahan dari kesederhanaan!

Hanya Tanaman Jenis Tertentu yang Dapat Dibuat Bonsai
Walaupun kadang muncul jenis yang sedang trend, tapi jangan terlalu merisaukan pemula. Tidak perlu pula terlalu terorientasi China dan Jepang. Indonesia adalah negara yang sangat kaya keragaman flora. Pilihlah tanaman berkayu (keras), bisa pohon atau pula semak. Berdaun kecil atau dapat mengecil, kemampuan tumbuh dan skema percabangan baik. Sekalipun dari jenis yang tidak populer. Percayalah, kalau sudah jadi bonsai yang indah, apapun jenisnya pasti akan tetap jadi bonsai yang indah.
Ayo!

(Tulisan Lama Dibuang Sayang –re-write-; Majalah Bulanan GreenHobby, edisi 03/I/2007)

Selasa, 13 Maret 2012

DONGKELAN

AGAR DONGKELAN MENJADI BONSAI INDAH

Sebagian besar di antara penggemar bonsai senang dengan bakalan bonsai yang berasal dari alam liar. Bakalan seperti ini sering memberi kejutan yang menyenangkan dengan memberi imajinasi bagaimana nantinya jika telah dibentuk dan masuk ke pot yang fit.

Namun yakinlah, tidak semua dongkelan yang dibawa pulang oleh pemburu akan dibeli oleh pebonsai dan kelak menjadi bonsai yang baik, melainkan sebagian berakhir dalam api tungku sebagai kayu bakar.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pemburu agar perburuan dapat menghasilkan bahan yang baik.

Pertama
Pastikan bahwa dalam memotong batang, dahan dan akar memperhatikan kemampuan hidup masing-masing jenis pohon. Ada pohon yang tahan dengan pemenggalan yang drastis, ada yang harus ditinggal perdaunannya. Ada yang tahan ditanam dengan potongan akar besar saja, ada pula yang harus terbawa dengan bola akar (akar serabut berikut tanahnya). Dalam pemenggalan, terkadang juga umur pohon turut menentukan. Karena itu pengetahuan dalam menilai umur tumbuhan juga harus dilatih. Biasanya kita dapat melihat dari tekstur dan warna kulit.

Kedua
Agar dalam melakukan seleksi dongkelan juga mempersiapkan rencana jangka pendek yang akan diperlakukan terhadap dongkelan tersebut. Hal mana ditunjukkan oleh kelengkapan organ tubuh pohon yang telah ada dalam proporsi pemotongan. Yang dapat dikategorikan sebagai bahan ialah dongkelan yang sekurangnya memiliki 3 (tiga) komponen organ dasar, yaitu batang, akar dan dahan. Tentu yang dimaksud ialah komponen dalam proporsi yang memadai dan dalam arah garis yang saling mendukung. Bahan dengan akar, batang dan dahan yang telah mengarah ke suatu gaya dasar tertentu, misalnya tegak lurus, tegak berliku atau miring dapat dilanjutkan ke tahap persiapan training.


Jika dongkelan hanya memiliki 2 (dua) dari 3 (tiga) organ dasar tersebut, maka dapat disebut pra-bahan, material ini harus dilanjutkan ke fase pembesaran di pot besar atau ditanam di kebun. Sedangkan pohon di alam dengan organ dasar kurang dari 2 (dua) komponen, sebaiknya tetap ditinggal di tempatnya agar tumbuh lebih besar atau dilakukan sedikit perlakuan. Dengan memotong bagian atas untuk merangsang pertumbuhan dahan, misalnya.

Kategori bahan dan pra bahan yang diuraikan di atas mungkin hanya berlaku kepada pohon-pohon yang biasa ditemukan di lahan subur pinggir sawah atau hutan penyangga desa yang biasanya memiliki garis yang tidak terlalu dramatis. Sedangkan bakalan yang memiliki garis yang dramatis yang biasanya ditemukan di pinggir laut tidak memerlukan seleksi seperti itu. Yang terutama ialah garis dan ornamen batang. Puntiran, keringan, liukan dan tekukan pada batang serta kerut merut pada kulit niscayalah telah terbentuk oleh daya adaptasi terhadap minimnya unsur hara dan terpaan angin, ombak serta gangguan hama yang mungkin telah berjuta-juta kali membanting-bantingnya selama tumbuh kembang hidupnya. Niscayalah pula bahwa pohon-pohon ini telah berumur tua.

Mengenai dahan dan akar tidak terlalu diperhatikan. Akar biasanya tertancap di karang sebagai permukaan tumbuh dan biasanya tidak terlihat jelas. Bakalan seperti ini biasanya dikerjakan dengan gaya bunjin/literati yang mana percabangan dan perantingan tidak terlalu njelimet. Bamun begitu, imajinasi yang sangat luas diperlukan dalam mengolahnya sebab tidak jarang sesosok dongkelan memberikan lebih dari satu peluang pembentukan bonsai, baik arah pandang (penentuan muka) maupun posisi (gaya dasar). Jenis yang sangat terkenal karena garis dan ornamen batang ialah wahong dan santigi.

Ketiga
Hal terakhir yang juga harus diperhatikan oleh pemburu ialah sikap bijaksana dalam menyeleksi buruannya dalam konteks melihat fungsi pohon yang akan didongkel dalam ekosistemnya.
Pohon-pohon yang tumbuh di lahan miring sering berfungsi sebagai penahan erosi. Sangat tidak bijaksana mengambil pepohonan dari area rawan longsor tanpa menanam penggantinya. Demikian juga lahan hutan penyangga desa. Terkadang juga pohon memiliki fungsi menaungi tumbuhan lain yang ada di level lebih rendah. Matinya pohon besar seringkali menyebabkan matinya tumbuhan lain yang tidak tahan panas. Menyisakan dan menanam pohon pengganti ialah langkah yang sangat diperlukan. Lahan hutan penyangga desa sering menjadi tempat tumbuh bahan pangan alternatif sebagai cadangan yang diambil masyarakat desa pada musim paceklik. Ubi-ubian dan talas-talasan adalah jenis tumbuhan yang bernaung di bawah bayangan pohon yang lebih besar. Juga termasuk jenis-jenis tumbuhan obat yang bersifat herba dan batang lunak lainnya.

Beruntung jika menemukan pohon bakalan bonsai di pinggir lahan perkebunan produktif. Dalam kasus ini, poson-pohon tersebut sering ditebang percuma karena tidak termasuk jenis yang menguntungkan pekebun dan karena aktifitas perluasan area kebun.
Belakangan, bahan-bahan dari pinggir laut seperti wahong, sangat digemari karena bentuknya sangat dramatis. Bahan-bahan ini biasanya diambil dari pulau-pulau karang yang tidak berpenghuni sebagaimana dulu santigi diambil. Di masa depan tidak tertutup kemungkinan akan muncul jenis lain yang juga digemari dari pulau-pulau karang.


Yang harus menjadi perhatian para pemburu ialah fungsi tumbuhan di pulau karang tersebut. Banyak diantaranya merupakan sarang dari satwa-satwa tertentu seperti burung laut. Atau bisa juga menjadi tempat persinggahan dalam jalur migrasinya. Jika sebagai tempat migrasi, maka aktifitas persarangan hewan tidak terjadi sepanjang tahun. Boleh jadi, pada waktu perburuan dilakukan sedang tidak ada populasi burung. Informasi dari penduduk sekitar perlu didapat. Untuk komunitas pantai dan pulau yang berfungsi ini, sebaiknya tidak usah mengambil tumbuhan sebagai bakalan bonsai. Dan bagi kita yang bukan pemburu agar tidak membeli. Kita tentunya tidak ingin demi kesenangan kita memiliki bonsai justru telah ikut membunuh burung-burung yang kehilangan sarang atau tempat peristirahatannya.

Kita ingin bonsai kita menjadi indah karena sehat dan tanpa dosa kepada Ibu Pertiwi.

(tulisan lama dibuang sayang: Majalah Bulanan GreenHobby; edisi 16/II. Note: Majalah ini sekarang sudah tidak terbit).

Minggu, 11 Maret 2012

WORO WORO 6

PAMERAN BONSAI DI INDONESIA

  1. 23 Maret 2012 s/d 01 April 2012   :    Bintan
  2. 01 April  2012 s/d 07 April 2012    :    Sidoarjo & Gianyar Bali 
  3. 07 April 2012 s/d  14 April 2012    :    Bekasi
  4. 14 April 2012 s/d  23 April 2012    :    Prapen Surabaya
  5. 27  Mei 2012  s/d 02 Juni 2012      :    Lamongan

Jumat, 09 Maret 2012

BONKEIS

John Yoshio Naka

Dia lahir 16 Agustus 1914 di Ft Lupton Colorado – 19 Mei Whittier, California




Pakar Bonsai dari Amerika berdarah Jepang
John Yoshio Naka atau John Naka adalah darah antara Jepang Amerika.  Pada usia 8 kembali ke negara orang tua dimana ia secara insentif mempelajari seni bonsai karena pengaruh dari kakeknya.
Pada tahun 1935, John Naka kembali ke Amerika Serikat di dekat Boulder, Colorado dan pada tahun 1946 tinggal di Los Angeles California. Di Orange County  John Naka bersama dengan empat orang rekannya mendirikan club bonsai California Bonsai Society pada bulan Nopember 1950. John Naka yang mewarnai dan merupakan motor yang penting dalam dunia seni bonsai di Amerika antara tahun 1950 sampai dengan tahun 1960. Dia merupakan kekuatan pendorong dalam penyebaran apresiasi seni bonsai di barat. John Naka mengajarkan ke seluruh dunia dalam konvensi-konvensi di club besar atau kecil tetapi dia tidak mau untuk mengajar di Jepang, karena dia menganggap bonsai di Jepang sangat berkembang dan mengatakan "Mereka ( orang Japang ) ingin saya untuk mengajar dan saya mengatakan kepada mereka seperti saya mengajar di depan Budha”



Dia telah menerbitkan buku teknik bonsai dengan judul  Bonsai Techniques and Bonsai Techniques II”, buku tersebut dihormati sebagai buku pintar barat untuk para seniman bonsai disana. Buku itu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol pada tahun 1990. John Naka banyak memberi kontribusi terhadap artikel-artikel, kata pengantar dan foto-foto sejumlah beberapa majalah dan buku. Pada tahun 1985 Kaisar Hirohito dari Jepang memberi penghargaan paling bergengsi untuk warga negara non Jepang tentang seni bonsainya, kelas kelima Ordo Matahari Terbit. Tahun 1987 mengarang buku mengarang buku berjudul “Even Monkeys Fall Out of Trees.  Buku ini menceritakan bahwa master bonsaipun dapat melakukan kesalahan.

Beliau pendiri sekaligus sebagai Direktur World Bonsai Friendship Federation (WBFF) atau Perkumpulan Persahabatan Bonsai Dunia dan menjabat pula sebagai Perkumpulan Konstitusi Bonsai Amerika Latin  atau Constitution of the Latin-American Bonsai Federation (LABF). Dia juga menjabat sebagai penasehat kehormatan Yayasan Bonsai Nasional dan bamyak lagi yang disandangnya



FILSAFAT  John Naka dalam membuat bonsai :

Bonsai bukan hanya harus dinikmati hasilnya tetapi lebih condong pada prosesnya yang mendatangkan kenikmatan. Bonsai mencapai kenikmatan jika sudah bisa mengusai tentang botani, kesenian dan kwalitas manusia yang memelihara dibalik bonsai tersebut. Bonsai bukan saja membentuk sebuah pohon tetapi bagaimana menyatukan jiwa pada pohon tersebut. Bagaimana alam yang dihuni berbagai macam makhluk bisa menjadi satu dalam sebuah ekosistem. Karya John Naka terkenal dengan nama Goshin yang berarti pelindung roh. John Naka mengekspresikan jiwa yang ditumpahkan dalam bonsainya, dengan memadukan beberapa tanaman yang mewakili cucu sebanyak sebelas yang mempunyai karakter yang berbeda untuk dijadikan dalam satu wadah bonsai. Pada bulan mei 2005 sudah mempunyai koleksi gambar sebanyak 80 buah mengembangkan sebuah tanaman bonsai yang kemudian diterbitkan oleh Skethbook Yohanes Naka dan diedit oleh Jack Billet dan Cheryl Manning.

Kamis, 08 Maret 2012

WORO WORO 5

PAMERAN BONSAI DI INDONESIA

  1. 23 Maret 2012 s/d 01 April 2012   :    Bintan
  2. 01 April  2012 s/d 07 April 2012    :    Sidoarjo & Gianyar Bali 
  3. 07 April 2012 s/d  14 April 2012    :    Bekasi
  4. 14 April 2012 s/d  23 April 2012    :    Prapen Surabaya


Selasa, 06 Maret 2012

DONGKELAN

Bonsai Pohon Asem Jawa

 
Mengapa Asem Jawa bisa dijadikan bonsai, apa kelebihan dan kekurangan bonsai Asem Jawa. Yang pasti bagi para pencinta bonsai tidak perlu jawabannya. Tamarindus Indica adalah nama latin Asem Jawa. Buahnya yang asam adalah penambah rasa didalam masakan, menghilangkan bauh anyir (amis) daging ikan yang akan digoreng, menjadi minuman segar dan banyak lagi manfaat lain dari buah asem jawa ini.

Daunnya seperti daun Lomptorogung dan cendrawasih, pada waktu-waktu tertentu rontok. Pada menjelang sore hari daun asem jawa ini layu atau merunduk tidur layaknya tanam putri malu kalau disentuh. Hal ini menyebabkan bonsai asem jawa keliatan tidak menarik pada waktu sore atau malam hari. Namun kelebihan yang sangat menonjol dari tanaman ini adalah pada tekstur batangnya yang berigi nampak sekali kelihatan tua seperti tekstur pohon Agathis atau cemara. Disinilah letak keindahan bonsai Asem Jawa dengan tekstur batangnya yang berwarna coklat tua. Dengan pemberian pupuk yang teratur dan pemeliharaan yang baik bonsai ini dapat berbuah.

Dari pengalaman, Tanaman bonsai Asem Jawa sangat cocok diberikan pupuk dari kotoran kambing yang sudah lama, medianya harus banyak dengan demikian digunakan pot yang agak dalam. Penggantian media harus dilakukan secara rutin sesuai umur dan ellihat kondisi tanaman. Jangan ragu-ragu untuk mengganti media dan pemangkasan akarnya, bila perlu semprot dengan air sehingga tinggal akarnya saja, lalu panggkas akar serabutnya lalu tanam kembali letakkan pada tempat yang teduh.
 
Sumber : Yusufbonsai.blogspot.com

Senin, 05 Maret 2012

DONGKELAN

Si Kerdil dari Pesisir Madura Stabil Memikat Konsumen

 Cemara udang banyak ditemui di wilayah pesisir Madura. Selain bermanfaat mencegah abrasi pantai, cemara ini bisa disulap menjadi tanaman hias dengan harga sangat fantastis. Salah seorang pembudidaya, Fatah Firdaus bisa menjual satu pohon seni Iai Rp 75 juta.
 

CEMARA udang yang memiliki nama latin Casuarina equisetifolia Linn banyak ditemui di kawasan pesisir Pantai Lombhang, Sumenep, Madura, Jawa Timur.Selain bermanfaat mencegah abrasi pantai, cemara udang juga diburu untuk dijadikan tanaman hias. Sebelum menjadi tanaman hias, cemara udang biasanya dibonsai sehingga berbentuk artistik.

Salah satu pembudidaya cemara udang adalah Edy Kurniawan. Sudah 4 tahun Edy menggeluti usaha budidaya cemara udang I ns.11 Dengan nama usaha Mandiri Laksana, ia menjual bonsai cemara udang berusia rata-rata 2 tahun setinggi satu meter.

Hargajual cemara udang bonsai antara Rp 300.000 sampai jutaan rupiah per tanaman. "Semakin indah bentuk bonsainya, maka harganya semakin tinggi," ucap Edy. Tiap bulan, lelaki berusia 23 tahun ini bisa menjual sekitar 100 cemara bonsai ke Surabaya dan Jember.

Selain cemara bonsai, Edy juga menjual cemara udang non bonsai. Harga cemara jenis ini berkisar Rp 260.000 per tanaman.

Fatah Firdaus di Sumenep juga menjual cemara udang bonsai. Ia mengatakan, bentuknya yang kerdil dan artistik membuat cemara udang bonsai memiliki harga yang tinggi.
 

Walaupun begitu, menurutnya, tidak ada kriteria tertentu untuk menilai bentuk bonsai cemara udang bagus atau tidak. "Semuanya tergantung nilai artistik konsumen," katanya.

Ada konsumen yang suka bonsai cemara udang bercabang dua, namun ada juga yang suka berbentuk oval. Yang pasti, menurut Fatah, bonsai cemara udang yang baik biasanya berasal dari bakalan yang bagu.4. Soal selera inilah yang membuat hargajual cemara udang bonsai memiliki rentang yang sangat jauh, dari harga Rp 200.000 hingga Rp 75 juta per tanaman. "Saya pernah jual termahal Rp 75 juta. Itu bonsai setinggi 1 meter. Memang secara artistik dia indah sekali," tuturnya.

Dalam sebulan ia mampu menjual tiga bonsai cemara udang. Walau hanya mampu menjual sedikit, namun omzet Fatah mencapai Rp 15 juta per bulan. "Jumlahnya sedikit, tapi harganya mahal," katanya

Ia menambahkan, dari bulan ke bulan, permintaan cemara udang bonsai selalu stabil. Selain di Jawa Timur, Fatah juga kerap mengirim cemara udang bonsai ke Jakarta, Sumatra dan Bali.

Stabilnya permintaan cemara udang bonsai, menurut Fatah, disebabkan karena komunitas fanatik yang menggemari bonsai selalu ada

Setyoaji Wibowo yang mengusung usaha bernama Roempoen Bamboe di Kebon Jeruk, Jakarta Barat juga berbisnis cemara udang. "Permintaannya cukup bagus dan stabil tapi tidak terlalu kencang," katanya

Saban bulan Setyoaji bisa menjual 15-20 pohon cemara namun bukan berbentuk bonsai. Cemara- cemara itu didatangkan dari Sumenep. Dengan pasar Jakarta, Bekasi, Karawang, Serang, dan Cirebon, harga cemara udang ditentukan dari ukurannya Artinya semakin tinggi pohon, semakin mahal.

Hargajual satu pohon cemara udang Rp 750.000-Rp 25 juta. Cara perawatan yang cukup mudah membuat pasokan cemara udang juga harus terus stabil dan meningkat. "Kuncinya satu tidak boleh kurang air," kata Setyoaji.
 
 
Sumber : Kontan

Minggu, 04 Maret 2012

BONKIEPER

Pilih Bonsai Untuk Menyalurkan Kasih Sayang

Bagi pria memiliki merawat sesuatu diluar pekerjaan dan keluarganya adalah hal lumrah, memelihara burung, motor, ikan, bahkan tanaman dijadikan pilihan untuk menghabiskan waktu di kala senggang. Tak terkecuali, dilakukan Ciknan Wong, Branch Manager BRI Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang, yang memilih memelihara bonsai untuk mengalihkan penat seusai bekerja.

"Istri pernah protes, pulang kerja yang dilihat dahulu bonsai, diperhatiin apa udah disiram dan dikasih pupuk," cerita Ciknan kala ditemui dikantornya, Jumat (17/2). Hobi merawat bonsai sudah ditekuni pria asal Madura ini mulai 1996, kala itu Ciknan masih berkarier di tempat kerja sebelumnya di CIMB Niaga.



Sebagai tanaman, Bonsai diakui Ciknan mempunyai daya magis penyejuk dan memenangkan. Membuat siapa saja yang memandang dan memperhatikan menjadi tenteram, terlebih jika bentuk bonsai mendekati versi aslinya, terdapat kepuasan sendiri memilikinya.

Diungkapkan Ciknan, dahulu saat awal-awal dirinya mulai menyukai bonsai, dua hingga tiga bonsai dibeli untuk mempercantik halaman rumahnya. Tetapi, seiring hasrat mendapatkan lebih, suami Siti Robina akhirnya mencoba membentuk sendiri tanaman tertentu agar menjadi bonsai.

"Agak mudah dibentuk dan dirawat ya Beringin, kemudian pohon Asam, dan juga Landepan. Kalau sekarang, di rumah yang sedang saya bonsai tiga pohon kurma," ucap Ciknan. Ayah dari Ardi Hiang dan Saza Yunica ini juga tak segan-segan membeli buku dalam memaksimal hasil karyanya, serta bertukar info rekan sesama penghobi bonsai.

Bahkan saat bertugas diluar kota, jika ada pameran Hortikultura atau Agrikultur, Ciknan pasti menyempatkan untuk berkunjung. Diungkapkan pria berkacamata ini saat melihat bonsai-bonsai yang dipamerkan apalagi jika tanamannya cantik-cantik dan proporsional membuat energi hidupnya seperti terisi kembali.

Merawat bonsai, diungkapkan Ciknan termasuk hobi yang hemat atau tidak terlalu menguras kantong. Selain tidak cepat berganti tren seiring berjalannya waktu, biaya pemeliharaan juga terjangkau. Dirinya berujar hanya perlu menyiapkan uang membeli pupuk, selanjutnya cukup memperhatikan lokasi bonsai agar terkena cukup matahari.

Selain itu, diungkapkan pria kelahiran 16 Februari 1962 dalam menumbuhkembangkan bonsai perlu kesabaran. Agar menjadi bonsai seutuhnya paling tidak membutuhkan waktu kurang lebih 10 tahun bahkan bisa puluhan tahun.

Atas hobi bonsainya, pria yang enam tahun lagi akan pensiun ini, bercita-cita bisa membuka galery bonsai serta membentuk komunitas penyuka bonsai kala dirinya tidak disibukkan dari pekerjaan.

Nama: Ciknan Wong
Jabatan: Branch Manager BRI Syariah Kantor Cabang Tanjung Karang
TTL: Madura, 15 Februari 1962
Istri: Siti Robina
Anak:
1. Ardi Hiang
2. Saza Yunica


Editor : muhammadazhim
Akses lampung.tribunnews.com lewat perangkat mobile anda melalui alamat lampung.tribunnews.com/m

DONGKELAN


UNTUK MENGETAHUI KESUBURAN TANAH SECARA  SEDERHANA