Minggu, 30 Juni 2013

PAMERAN BONSAI NGANJUK 2013

"ANJUK LADANG 2013"


Pendopo Kota Nagnjuk

Pameran & Kontes Bonsai telahdiadakan pada tanggal 28 Juni 2013 sampai dengan tanggal 6 Juli 2013 bertempat di Alon-Alon Kota Nganjuk. Acara ini dalam rangka memperingati Hari Krida Pertanian. Pameran telah dibuka oleh Wakil Bupati Nganjuk Bapak Wahid Badrus atau dikenal dengan panggilan Gus Wahid. Dihadiri pula oleh bapak Dandim yang sangat memberikan apresiasi sangat positif. Dengan adanya pameran ini diharapkan dapat membangkitkan kembali pecinta tanaman bonsai di kota Nganjuk.



Ucapan untuk Acara Pameran Bonsai di Nganjuk
Yang cukup menggembirakan penyelenggaraan di Nganjuk bukan atas nama sebuah organisasi tapi merupakan perkumpulan atau semacam paguyuban yang melibatkan para penggemar seni bonsai yang biasa mereka sebut dengan Paguyuban Pecinta Seni Bonsai. Paguyuban ini terdiri dari berbagai element kalangan penggemar bonsai, baik yang ikut sebagai anggota sebuah organisasi maupun orang yang secara pribadi. Paguyuban itu membuat semangat para penggemar bonsai di Nganjuk.


Berpose bersama Pak Edy dan Pak Budi

Pameran tersebut bertemakan "Anjuk Landang 2013". Anjuk Ladang adalah sebuah kata awal dari kota Nagnjuk. Karena lidah orang Nganjuk agak kagok menyebut Anjuk Ladang maka sekarang banyak orang menyebut dengan "Nganjuk"

Acara ini diselenggarakan sudah kedua kalinya. Peserta yang berpartisipasi dalam acara tersebut sebanyak 196 dengan yang bonsai sebesar 91 pohon sedangkan prospek sebesar 105 buah pohon. Para peserta diikuti dari daerah Lamongan, Ponorogo, Madiun, Magetan Jombang, Surabaya dan Nganjuk sendiri.


Dengan hasil penilaian adalah 2 buah pohon mendapat Emas, 9 buah mendapat Perak dan 13 buah pohon Perunggu. Kontes ini tidak lagi menggunakan istilah bendera seperti pameran yang diadakan oleh PPBI, perlu analisa yang cukup untuk hal tersebut. Istilah yang digunakan seperti pada perlombaan seni dan olah raga. Bagus untuk memberikan masukan pada para penggemar bonsai, bahwa seni bonsai sudah sangat berbenda tetapi perpaduan perbedaan tersebut akan memperkaya seni bonsai itu sendiri.


3 Master sedang memberikan ilmunya
Untuk menambah kemeriahan acara tersebut, diadakan sarasehan yang diadakan tanggal 28 Juni 2013 yang menjadi narasumber Master Bonsai Indonesia Robert Steven, Guru Bonsai Indonesia Sulis Ninja, dan Tokoh Bonsai Sugeng Purwanto. Mereka juga merangkap sebagai juri di acara tersebut. Dengan adanya sarasehan ini membuat semangat dan membangkitkan seni bonsai di kota Nganjuk. Peserta sarasehan cukup lumayan banyak yaitu sekitar 200 orang.





Harapan ke depan para panitia menginnginkan pameran yang akan datang lebih bagus, jika mungkin bisa menampilkan kelas utama.


Salah Satu Mendapat Emas dari Bpk Herman - Ponorogo

Sambutan panitia ketika datang ke lokasi pameran cukup ramah sekali, telah ditemui bapak Edy sebagai Penasehat PPBI dan merangkap Wakil Sekretaris Panitia dan Bapak Budi sebagai Penasehat dan merangkap sebagai Ketua Display dalam kepanitiaan tersebut.


Secara display sudah bagus. Suasana cukup sejuk. Sehingga para penikmat bonsai cukup bisa enak melihat display yang dipamerkan.
Peserta sarasehan cukup banyak dan meriah sekali. Sangat antusias.

Event pameran seni bonsai ini,  diadakan lomba sketsa desain bonsai yg bahan sudah disediakan panitia. Ternyata peserta cukup berminat sehingga  sampai 25 orang. Pada acara itu juga diadakan lomba sketsa dari bonsai kategori prospek, dimana pemilik  bonsai itu diminta membuat sketsa kalau bonsai masing-masing  sudah jadi. Ternyata peserta yang ikut 27 orang. Pembuatan sketsa bonsai itu sangat dibutuhkan dan diminati. Bahkan sudah beberapa bulan ini muncul di facebooks, grup yg khusus menampilkan sketsa-sketsa bonsai. Perlu diadakan terus lomba sketsa bonsai pada setiap pameran bonsai, dimanapun dan yg diadakan siapapun. Itu sangat bermanfaat untuk mempercepat kemajuan dan perkembangan seni bonsai Indonesia. Dalam event lomba sketsa ini telah dimenangkan oleh Bapak Harmanto Ketua LBC Magetan.
Biaya yang digunakan dari para partisipasi dan penjualan stand serta ada sebagian dari donatur, yang kesemuanya diperkiranakn akan menghabiskan biaya sebesar Rp 70 Juta seperti biaya tahun lalu. Jika tahun lalu, biaya Rp 70 Juta belum mempunyai inventaris seperti sekarang. Pada tahun 2013 ini biaya tidak mengalami kenaikan yang besar karena sudah mempunyai inventaris untuk pameran.





Foto Foto Acara Pamaeran dan Kontes Bonsasi Anjuk Ladang 2013





Sudut Pandang  Pameran



Para Peserta Sarasehan


Foto Bersama setelah Sarasehan


Tampilan Stand di Bursa Bakalan Bonsai







Selamat Penyelenggara Pameran dan Kontes Bonsai "Anjuk Ladang 2013"



Sabtu, 29 Juni 2013

KUNJUNGAN CHRISTIAN RONALDO

  • SAYA SENANG KEMBALI KE INDONESIA

    Kunjungan bintang sepak bola Real Madrid Cristian Ronaldo ke Indonesia sampai pada momen puncaknya. Bintang asal Portugal itu resmi dinobatkan sebagai Duta Forum Peduli Mangrove Bali Indonesia. Penobatan tersebut diadakan pada tanggal 26 Juni 2013 dan diberikan langsung oleh Menteri Kehutanan Republik Indonesia, Bapak Zulkifli Hasan pada acara yang bertajuk 'Save Mangrove, Save Earth' di Benoa, Badung, Bali. 

    Cristian Ronaldo berfoto bersama Bapak Susilo Bambang Yudoyono 

    Cristian Ronaldo mengaku bahagia akan datang kembali ke Indonesia. "Senang sekali saya kembali menyapa Indonesia," kata Ronaldo usai penyerahan sertifikat duta Forum Peduli Mangrove Bali. Cristian Ronaldo menambahkan dengan pemberian sertifikat tersebut, ia berharap kampanye menjaga Mangrove, khususnya di Indonesia terus ditingkatkan. 

    "Ketika saya ditawari untuk menjadi duta, saya langsung tertarik dan tak perlu berpikir dua kali," ujar mantan pemain Manchester United itu.Usai penyerahan sertifikat, Cristian Ronaldo secara simbolis melakukan penanaman bibit Mangrove bersama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan jajaran kementerian.





Jumat, 28 Juni 2013

ISMAIL SALEH TROPY 2013



DALAM rangka memperingati 5 (lima) tahun wafatnya tokoh Penggerak Bonsai Indonesia dan Founder ASPAC, almarhum H Ismail Saleh, SH, Forum Hobi Indonesia (FHI) didukung oleh AKSISAIN menyelenggarakan Kontes Desain Bonsai Progresif “Ismail Saleh Trophy 2013”.
Menurut Robert Steven, inisiator event ini, “Ismail Saleh Trophy” yang berbentuk patung setengah badan Almarhum H Ismail Saleh SH dibuat oleh seorang pematung terkenal dari Mexico –juga seorang seniman bonsai senior– Guillermo Castano. Dia juga yang membuat patung “Saburo Kato Trophy” dan patung John Y. Naka untuk museum John Y. Naka di Washington DC, Amerika Serikat.
Kontes yang disponsori RYUGA Bonsai Tools ini adalah kontes foto yang memperlihatkan proses desain bonsai secara progresif selama satu tahun, mulai dari bahan, baik yang dari alam maupun hasil budi-daya, khususnya bahan yang belum pernah dibentuk, sampai tahap terakhir periode kontes yang ditentukan.
KRITERIA PENILAIAN
Tidak ada kriteria atau batasan khusus untuk bahan yang diikut-sertakan, baik kondisi fisik, species, ukuran dan lain-lain, yang dinilai adalah :
1. Kreativitas dalam proses desain yang berdasarkan bentuk dan keadaan bahan awal, yaitu sejauh mana peserta dapat berimaginasi secara kreatif untuk menemukan desain yang indah dari bahan tersebut.
2. Tehnik yang dipergunakan selama proses desain tersebut.
3. Originalitas bahan versus desain terakhir. Tidak ada kriteria atau batasan khusus mengenai bahan bonsai yang diikut-sertakan dalam kontes ini; karena bila bahan yang disertakan adalah bahan setengah jadi, maka hal ini juga akan menjadi pertimbangan juri. Jadi walau desain akhirnya sangat indah, tetapi karena bahan yang dipakai adalah bahan yang sudah pernah dibentuk awal, maka hasil desain tersebut belum tentu akan mendapat nilai tinggi.
Sang Inisiator Robert Steven

PERSYARATAN UMUMTEAM JURI : Pedro J Morales (Puerto Rico), Rob Kempinski(Amerika Serikat), Walter Pall (Jerman), Prof. Amy Liang (Taiwan), Huang Jiu Wei (Cina)
1. Peserta harus anggota FHI dari Indonesia atau Malaysia yang sudah terdaftar dengan nomor anggota. Nomor anggota FHI dapat dilihat di halaman “Members” yaitu nomor urut nama anggota tersebut.
2. Foto bahan yang diikut-sertakan harus foto terbaru yang diambil tidak lebih dari 1 (satu) bulan dari tanggal pendaftaran.
3. Setiap peserta hanya dapat mengirim 1 (satu) bahan.
4. Foto yang dikirim harus jelas, asli tanpa diedit, berlatar-belakang polos, dari ketinggian level mata, format JPEG, Minimal 72 dpi dengan ukuran lebar minimal 20 inch (atau 50 cm).
5. Foto dikirim via email ke : robertbonsai@hotmail.com
6. Kontes ini akan dinyatakan berlaku bila mencapai minimal 20 (dua puluh) peserta yang memasukkan foto pada tahap terakhir.
7. Peserta yang tidak memenuhi persyaratan akan dikenakan diskwalifikasi dan dinyatakan batal.
8. Keputusan juri tidak dapat diganggu gugat.
CARA IKUT SERTA
Pengiriman foto peserta terbagi dalam 3 (tiga) tahap dengan ketentuan sebagai berikut :
• Tahap Pertama
- Pendaftaran awal dengan 4 (empat) foto bahan yang diambil dari sudut pandang yang berbeda.
- Foto harus jelas, asli tanpa diedit, berlatar-belakang polos, format JPEG, Minimal 72 dpi dengan ukuran lebar minimal 20 inch (atau 50 cm).
- Salah satu dari foto awal tersebut harus diambil dengan koran lokal yang terbit pada hari tersebut yang diletakkan di sampingnya.
- Foto bahan tersebut harus foto terbaru yang diambil tidak lebih dari 1 (satu) bulan dari tanggal pendaftaran.
- Pendaftaran harus disertai dengan data peserta yaitu : Nama lengkap, Nomor anggota FHI, Alamat, Nomor telepon, Nama species (Latin), Ukuran serta Penjelasan singkat tentang bahan tersebut.
- Foto Tahap Pertama sudah harus diterima paling lambat tanggal 21 Oktober 2013.
• Tahap Kedua
- Peserta harus mengirim foto tahap kedua sebanyak 4 (empat) lembar (dari sisi depan, belakang, samping kiri dan samping kanan) yang menunjukkan tahap proses yang telah dilakukan pada bahan tersebut.
- Foto yang dikirim harus jelas, asli tanpa diedit, berlatar-belakang polos, dari ketinggian level mata, format JPEG, Minimal 72 dpi dengan ukuran lebar minimal 20 inch (atau 50 cm).
- Pengiriman foto tersebut harus disertai nama peserta serta penjelasan singkat mengenai ide desain yang sedang dilakukan.
- Foto Tahap Kedua sudah harus diterima paling lambat tanggal 28 Februari 2014.
• Tahap Ketiga
- Peserta harus mengirim foto tahap ketiga atau terakhir sebanyak 4 (empat) lembar (dari sisi depan, belakang, samping kiri dan samping kanan) yang menunjukkan tahap proses yang telah dilakukan pada bahan tersebut.
- Foto yang dikirim harus jelas, asli tanpa diedit, berlatar-belakang polos, dari ketinggian level mata, format JPEG, Minimal 72 dpi dengan ukuran lebar minimal 20 inch (atau 50 cm).
- Pengiriman foto tersebut harus disertai nama peserta serta penjelasan singkat mengenai kesimpulan desain yang telah dilakukan.
- Wadah tanam tidak dinilai karena dianggap masih dalam proses desain yang belum selesai.
- Foto Tahap Ketiga atau Terakhir sudah harus diterima paling lambat tanggal 30 Agustus 2014.
Semua foto dikirim via email ke : robertbonsai@hotmail.com
Karya Robert Steven

PEMENANG DAN HADIAH
• Pemenang Pertama, akan memperoleh hadiah :
  - Piala “Ismail Saleh Trophy”.
  - Sertifikat “FHI Award”.
  - 1 (satu) Box Gift-Set alat bonsai RYUGA Bonsai Tools.
  - 1 (satu) Pot Repro Antik Robert Steven.
• Pemenang Kedua, akan memperoleh hadiah :
- Sertifikat “FHI Award”.
- 1 (satu) Bag Gift-Set alat bonsai RYUGA Bonsai Tools.
- 1 (satu) Pot Repro Antik Robert Steven.
• Pemenang Ketiga, akan memperoleh hadiah :
- Sertifikat “FHI Award”.
- 1 (satu) Alat bonsai RYUGA Bonsai Tools.
- 1 (satu) Pot Repro Antik Robert Steven.
Penyerahan penghargaan kepada pemenang akan dilakukan di “International Culture Night” pada acara pameran “International Bonsai Art & Culture Biennale” pada bulan Oktober 2014 di Yogyakarta; dan foto semua pemenang akan dipamerkan selama acara pameran tersebut. Ketiga pemenang tersebut akan ikut dalam team demo yang mewakili Indonesia dalam acara demo pembuatan bonsai di event tersebut. (Bila pemenangnya dari Malaysia, maka yang bersangkutan akan ikut dalam team demo Malaysia).


Sumber : Bursabonsai

Saran dan Pendapat Anda akan mendewasakan kami.

Kamis, 27 Juni 2013

KESENIAN TRADISIONAL TUBAN ( 3 )

KESENIAN SANDUR ( 3 )

Ritualisasi Pertunjukan Sandur
Yang dimaksud ritualisasi pertunjukan di sini adalah bagaimana proses semua unsur pertunjukan beralih dari simbol profan menjadi simbol ritual atau sakral, bagai mana alur jalannya pertunjukan sebagai jalannya ritual dan bagaimana keterlibatan penonton dalam pertunjukan ritual ini. Dengan kejelasan uraian hal tersebut akan menunjukkan bahwa pertunjuka Sandur adalah pertunjukan ritual.

Proses Ritualisasi
Proses ritualisasi pertunjukan Sandur merupakan bagaimana proses beralihnya dari makna keseharian dunia  profan masuk ke wilayah ritual dunia sakral. Berdasarkan landasan konseptual yang diacu yaitu teori van Gennep peralihan dari dunia profan ke dunia sakral melalui tiga tahap yaitu pemisahan, peralihan dan penyatuan. Proses menjadi penari Sandur melalui tiga tahap dipilih dan dipisahkan dari anak gembala yang belum kitan, masuk proses daden dan nyetri sebagai penyucian dan mendapatkan kekuatan selanjutnya^nengadakan pementasan di tempat keramat sebagai wisuda penyatuan dan diakui sebagai penari Sandur.


Demikian juga semua peralatan serta ubarampe yang dianggap sesuatu yang pokok dalam pertunjukan. Tahap pemisahan terjadi pada saat memilah dan dengan memilih penuh kehati-hatian untuk mendapat sesuatu dengan kualitas dan kuantitas tertentu sesuai dengan kebutuhan. Barang-barang harus baru belum pernah dipakai, kalau makanan masakan tidak boleh dicicipi. Kalau sudah dipersiapkan dengan kondisi tertentu sudah masuk tahap peralihan. Sesudah “diserahkan”dengan tandhuk dan do’a pada saat selamatan sudah masuk wilayah sakral, segala sesuatu menjadi terlarang dan tabu (malatl).

Tentang tempat pertunjukan dipilih tempat yang sesuai, dipersiapkan dengan ukuran dan kondisi tertentu. Semua peralatan dipasang dan arena terbentuk. Sesaji ditempatkan pada tempatnya, di-gambuh sebagai permohonan ijin kepada pedanyangan. Setelah semua dilakukan dengan penah hati-hati baru dinyatakan syah sebagai tempat pertunjukan sandur. Semua unsur pertunjukan mendapatkan sakralisasi melalui proses yang sama. Suatu hal yang tidak dilakukan sakralisasi yaitu sesuatu yang dianggap sekedar peralatan yang tidak terkait secara fungsional dengan ritual seperti meja tempat sesaji, kursi tepat duduk penari yang biasanya meminjam penduduk disekitar pertunjukan.


SELANJUTNYA KE KESENIAN TRADISIONAL TUBAN ( 4 ) ......





Rabu, 26 Juni 2013

SARASEHAN BONSAI NGANJUK 2013


FORUM DISKUSI SENI BONSAI “ANJUK LADANG 2013”


Sulis Ninja salah seorang Guru Bonsai di Indonesia telah melihat, semangat membangun kebersamaan dalam keberagaman terasa semakin kuat pada mayoritas  komunitas bonsai, terutama mereka yang sudah dan mulai memahami bagaimana pola pikir serta sikap berkesenian itu.

Untuk lebih mengembangkan semangat itu, dalam salah satu rangkaian kegiatan pameran dan kontes Bonsai  dengan tema "ANJUK LADANG 2013" yg diselenggarakan “Paguyuban Penggemar Seni Bonsai Nganjuk”,  pada tanggal 28 Juni 2013 mulai pk.14.30 nanti akan diadakan SARASEHAN & KOLABORASI DEMO BONSAI.



“Saya juga akan bahas tentang cara pemilihan wadah menanam dan cara displai bonsai yang baik,” kata Robert Steven. “Ini dalam rangka persiapan pameran akbar tahun depan,” tegasnya.





Sarasehan nanti akan membahasa secara kolaborasi demo bonsai adalah cara pembuatan bonsai secara tim dan akan dilakukan oleh pembonsai  Sugeng Purwanto dari kota Tulung Agung & Master Robert Steven. Informasi lengkap acara pameran Nganjuk akan segera dipublikasikan panitia.
Ia menambahkan kekayaan seni di Indonesia khususnya  di kota Nganjuk, rencananya akan ada kontes sketsa desain bonsai diadakan pada 27 Juni, kemudian akan dibahas dalam sarasehan pada tanggal 28 Juni 2013. Master Robert Steven berusaha akan menyiapkan sponsor hadiah menarik untuk kontes di Nganjuk.


Selamat Kota Nganjuk 

Semoga Panitia Sukses dalam Acara ini. 

Sumber : Bursabonsai.com

Selasa, 25 Juni 2013

BONSAI ART ( 9 )

SIMBOLIS

Fenomena alam lingkungan

Hubungan manusia dengan alam lingkungannya sangat erat dan bahkan tidak dapat dipisahkan. Dan sebagai sesama mahkluk hidup, diperlukan sekali hubungan rasa antar sesamanya. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelestarian hidup berdampingan secara damai dengan saling menunjang dan mengisi kebutuhan masing-masing. Karya seni bonsai hanyalah sebuah penggambaran dari sebagian kecil fenomena alam dan budaya lingkungan yang diyakini dapat untuk memberikan atau menyampaikan kesan dan pesan tersendiri tentang kenyataan alam dengan bentuk miniatur, yang dijadikan sebagai sebuah symbol alami untuk menggugah perasaan estetik.



Sumber : Green & Grow Bonsai Training Centre


Minggu, 23 Juni 2013

PAMERAN BONSAI TANGERANG


Pemanis Pameran Bonsai

Pameran Tahun 2012

943235_4818087422783_1843260783_n
Miss Earth Indonesia 2013 berpose dengan Pemenang kedua 2 Pameran Bonsai
First prize (Medium Category) SANCANG
Juara Pertama  ( Kategori Medium )                   Tanaman SANCANG
Pameran Bonsai di Tangerang telah diadakan 
selama dua hari saja yaitu pada tanggal 22 Juni 2013 sampai tanggal 23 Juni 2013 dengan bertemakan "Spirit Bonsai Tangerang" diadakan di Sentra Bonsai Tangerang            Jl. Pondok Jagung Timur, Pondok Jagung Kota Tangerang dan juga diadakan Pameran Batu Sueseki dengan tema "Bonsai Sahabat Lingkungan & Spirit Bonsai Tangerang 2013"

Pameran tersebut dibarengi oleh acara lelang Batu Sueseki dan lelang serta bursa tanaman bonsai yang cukup meriah. "Semua Batu Sueseki telah terlelang semua, karena lelang dilakukan oleh Chelsy Levin, Miss Earth Indonesia" kata John Prawira sebagai Ketua Penyelenggara. Dijelaskan juga oleh John Prawira yang juga sebagai pemilik Taman Sawari bahwa telah dilakukan lelang Tanaman Bonsai sebanyak 16 pohon dari 18 pohon yang rencana untuk dilelang.

Untuk pameran Bonsai ini telah diikuti oleh sekitar 80 tanaman bonsai yang berasal dari sekitar Jakarta dan Tangerang. Tanaman Bonsai yang ikut sudah cukup bagus.

Penjurian dilakukan oleh Master Bonsai Indonesia sebanyak tiga orang yaitu Bapak Budi Sulistyo, Bapak Rudi Julianto dan Bapak Prabu Lutfi. Mereka sudah cukup  makan asam garamnya seni perbonsaian dan mereka juga sudah tahu seluk beluk tanaman bonsai. Sehingga dalam menilai tidak usah diragukan lagi.

L to R: Master Rudi Julianto (Judge), Master Prabu Lutfi (Judge),  Chelsy Liven (Miss Earth Indonesia), Master Budi Sulistyo (judge) and John Prawira.
Bapak Rudi Julianto (Juri), Bapak Saptoto (Ketua  PPBI), Chelsy Liven (Miss Earth Indonesia), Bapak Budi Sulistyo (Juri) dan  Bapak John Prawira (Ketua Panitia).
Hadir juga Ketua PPBI yang memberi semangat dan dukungan acara pameran bonsai ini. Diharapkan seni bonsai di Indonesia akan maju dan berkembang cepat. Motivasi ini yang diharapkan oleh para penyelenggara pameran bonsai di Tangerang pada khususnya dan Indonesia pada umumnya.

"Kualitas semua pohon yang berpartisipasi dalam acara ini sudah pada kelas rata-rata baik. Mengingat acara ini hanya kalangan lokal di Tangerang saja. Hal ini dapat mendorong para penggemar bonsai untuk dapat mengembangkan lebih baik" kata Bapak Rudi Julianto sebagai Juri dalam acara tersebut.

Dalam acara tersebut,  yang tidak kalah penting adalah hadirnya Sang Bintang Tamu Miss Earth Indonesia yang akan menimbulkan semangat baru, baik bagi panitia maupun peserta serta pemirsa. Perpaduan seni Bonsai dengan seni kecantikan akan memadukan sebuah perbedaan seni yang saling mendukung. Keindahanlah yang akan tercipta dari perpaduan seni tersebut dan tercipta sebuah kesempurnaan seni.

Seni Bonsai memang tidak bisa berdiri sendiri karena jika berdiri sendiri promosi tentang seni bonsai tidak akan berjalan dengan lancar. Sehingga perlu sebuah perpaduan dengan seni lainnya atau acara lain yang lebih bersifat universal.


Selamat Panitia Penyelenggara Pameran Bonsai dan Sueseki di Tangerang


Saran dan Pendapat Anda akan mendewasakan kami.


Sabtu, 22 Juni 2013

WISATA KULINER JOMBANG

NASI   RAWON


Kalau kita perjalanan dari kota Jombang menuju ke Kediri Lewat Kertosono maka akan ditemui sebuah warung yang sederhana. Warung itu bernama "Warung Lumayan". Masakan yang disajikan banyak sekali. Tergantung selera makanan masakan Jawa Timur.

Tampak Depan Warung Lumayan

Waktu penulis kesana, menu yang special adalah nasi rawon pesan dengan wedang jahe, karena habis perjalanan malam akan menambah kehangatan perjalanan.

Tepatnya di Jalan Raya Jati Pelem Diwek Jombang. Dari Kota Jombang ke Kota Kertosono berada disebelah kiri jalan, sebelum masuk tingkungan yang ke arah Gudo jika melewati rel kereta. Jika dari perempatan Mengkreng yang biasa jalur macet pertemuan arus dari Kota Madiun dan Kota Kediri, berada disebelah kanan jalan, tapi depan warung itu juga membuka cabang, pas didepannya. Warung berada tingkungan setelah SPBU.


Menu Makanan
Nasi Rawon dihidangkan. Enak sekali. Sampai habis makan. Minum Wedang Jahe. Pelayannya cukup ramah dan masih muda. Penulis bertanya kepada pelayannya "Mas warung ini berdiri tahun berapa ? Dia jawab "Sudah lama pak ! Saya sudah 4 tahun ikut disini" Inilah yang menunjukkan bahwa warung tersebut sudah lama. Biasanya warung itu cukup ramai sekali.


Memasuki warung yang sangat sederhana, warung Lumayan berdiri sudah lama sekali. Penulis pernah kesitu pertama kali sekitar tahun 1996 sebelum krisis yang melanda Indonesia.

Bagi rekan-rekan yang suka wisata kuliner, monggo dicoba !

Jumat, 21 Juni 2013

BONSAI ART ( 8 )

RASIONAL

Dapat dicerna oleh rasa dan logika

Moralitas adalah sebagai landasan kejujuran dan ketulusan untuk pengungkapan nilai-nilai seni yang dikembangkan dari konsep yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada hakekatnya seni adalah penelanjangan diri, karena dalam menciptakan sebuah karya seni yang sangat penting adalah kejujuran pada kenyataan untuk menghargai kebenaran dan keindahan secara otentik, sehingga dapat menampilkan karakteristik seni tersendiri atau ciri khas yang lain dari yang lain, jelas dan penuh arti yang dapat dicerna oleh rasa dan logika.


Sumber : Green & Grow Bonsai Training Centre

Kamis, 20 Juni 2013

PENGHOBI BONSAI TUBAN ( 4 )

MAS ARIF

Dengan cukup sederhana seorang menyaut salam yang terlontar. Dia menyambut dengan baik. Dia masih mengutak-atik tanaman ulmus yang berada diatas batu. Baju yang sekedar menempel, kelihatan seorang seniman. Badan cukup kurus. Dia adalah Mas Arif biasa dipanggil begitu. Sekarang tinggal dengan seorang pembonsai juga yang lain kali bisa penulis tampilkan. Rumah cukup sederhana. Hanya bisa untuk tidur. Orang Tuban akan mengenal daerah itu. Daerah itu biasa disebut "nDasin". Tempatnya deket sekali dengan SPBU Bensin. Jurusan Tuban - Semarang. 

Mas Arif sedang merawat Ulmus

Tinggal di Tuban mulai tahun 2005, sejak adanya pameran pertama di kota Tuban. Kehidupannya sudah menyatu sekali dengan tanaman bonsai. Kadang tanaman bonsai dimandikan dulu sebelum dia mandi.

Salah Satu Karya Mas Arif Bonsai Serut on The Rock

Kesukaan akan tanaman bonsai sejak tahun 1999. Dulu Mas Arif ikut seorang pebonsai yang bernama Pak Aji, dia sebut begitu. Pak Ajilah yang mengilhami karya-karyanya. Mas Arif ikut pak Aji selama 1 tahun. Dalam ikut (ngenger) itulah Mas Arif mulai belajar tanaman bonsai. Bahkan pekerjaan awal sebagai seorang karyawan di salah satu penjualan pakaian terbesar di Indonesia ditinggalkan demi kesenangan terhadap tanaman bonsai. 

Setelah menempa belajar tanaman bonsai selama satu tahun, maka dia mulai mengembangkan tanaman bonsai di kota Tuban sampai sekarang. Jika berbincang-bincang dengan dia, cukup banyak ilmu yang didapat tentang tanaman bonsai. Dia tidak mau ditampilkan dimana-mana. "Sungkan pak" kata Mas Arif.

Kebun yang harus dirawat Mas Arif

Karya Mas Arif memang agak ektrim. Dia pingin menampilkan tanaman bonsai dengan sebuah kesempurnaan, yang hal ini sulit didapat dan dipenuhi.

Selamat Mas Arif, kami menunggu karya-karyamu.

Senin, 17 Juni 2013

KESENIAN TRADISIONAL TUBAN ( 2 )

KESENIAN SANDUR ( 2 )

Cerita yang ditampilkan tentang perjalanan seorang anak yang bernama Pethak mencari pekerjaan kepada seorang juragan Germo. Jalannya cerita menggambarkan bagaimana proses menggarap ladang mulai dari buka ladang (babad alas), membajak (ngrakal), menanam (icir), menyemai (besik), memberi rujak (ngrujaki) hingga menuai (undoh-undoh). Di tengah jalannya cerita terdapat seling cerita fragmen adegan yang bersifat humor dan edukatif, seperti Jaranan, Cina dingklang, Kaki-nini, Polisi Hutan. Adegan selingan yang bersifat simbolik adalah sindhiran yaitu bancik endog, bancik kendi, bancik dengkul, bancik pundak dan kalongking sebagai adegan penutup.


Musik Sandur oleh masyarakat setempat disebut panjak hore, terdiri dari 25 hingga 30 orang semua laki-laki. Kalau dulu sekiatr tahun 70-an jumlah panjak hore bisa mencapai 50 orang. Mereka melantun lagu-lagu vokal dari awal hingga akhir pementasan. Peralatannya atau instrumen yang digunakan hanya sebuah kendang dan satu bumbung yang berfungsi sebagai kempol dan gong. Karena suara yang dominan adalah vokal ada yang menyebutnya musik mulut dan karena suaranya terdengar lebih keras.
Musik mulut dari 30 orang yang menggema sepanjang malam dengan karakteristik yang khas. Dari segi musikal pertunjukan sandur mempunyai kesan yang unik dan menarik. Syairnya merupakan deskripsi (nyandra) masing-masing adegan serta apa yang dilakukan oleh penari.

Penonton merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pertunjukan. Keterlibatan penonton dalam pertunjukan mulai dari menyediakan makan dan minum bagi para pemain juga komunikasi pada dengan pemain saat pertunjukan serta ikut menyanyi bersama panjak hore. Selain itu tentang keterlibatan penonton dalam pertunjukan juga disebut di dalam resitasi tandhuk

Jalannya Pertunjukan
Pertunjukan Sandur yang dilakukan semalam suntuk dari pukul 20.00 hingga pukul 04.00 tetap menarik penonton dari awal hingga akhir. Kebanyakan penonton pada berdatangan menjelang pagi hari, karena ingin menonton adegan kalongan yang bersifat akrobatik magis. Sekitar pukul 20.00 panjak hore sekitar 20 orang masuk kalangan, mereka duduk melingkar menghadap rontek di pusat arena membelakangi penonton. Pra pertunjukan diawali dengan penyajian lagu-lagu panjak hore yang melantunkan lagu-lagu gambuh kalangan dilanjutkan gambuh pedanyangan.. Lagu gambuh kalangan syairnya berisi deskripsi (nyandra) tentang pembuatan kalangan atau arena dari awal hingga selesai. Lagu gambuh pedanyangan syairnya berisi permohonan ijin ke pada pedanyangan tempat pertunjukan dilaksanakan. Biasanya pada saat ini penonton sudah mulai berdatangan duduk di sekiling kalangan.

Pada akhir dilantunkannya lagu gambuh pedanyangan, muncul prosesi yang terdiri dari yang terdepan tukang obor, diikuti berturut-turut tukang upet (pembawa perapian untuk dupa), tukang kandhut (pembawa pakaian penari), empat penari Sandur, dan paling belakang tukang obor. Prosesi masuk kalangan berjalan sambil menari mengelilingi panjak hore dan rontek tiga kali terus keluar lagi untuk paes (rias busana). Adegan ini disebut Bendrong lugasan karena para penari masih belum berhias busana penari. Pada saat menunggu penari sedang berhias busana ditempat yang lain, panjak hore melantunkan lagu gambuh paras yang syairnya nyandra bagaimana penari sedang rias busana.

Setelah penari selasai memakai busana seperti pada prosesi pertama, meskipun penari sudah memakai  busana namun masih menggunakan kerudung sehingga wajahnya tidak tampak. Prosesi masuk kalangan dan berjalan sambil menari keliling tiga kali terus penari duduk bersila disebelah sesaji yang telah disiapkan, yang lain bergabung dengan panjak hore. Adegan ini disebut Bendrongan dan terus diiringi oleh lagu-lagu panjak hore. Setelah penari duduk panjak hore menghentikan lagu-lagunya, dilaksanakan selamatan dibacakannya do’a dan tandhuk oleh juru kunci Sandur. Pada saat dibacakan tandhuk dan do’a secara agama Islam semua termasuk penonton menyahut dengan kata-kata “enggih” dan “amin”.

Bacaan doa berisi permohonan keselamatan dan resitasi bacaan tandhuk yang cukup panjang menceritakan jalannya asap (kukus) menyan madhu membubung tinggi hingga langit sap ke tujuh tempat bersemayam para bidadari. Setelah mencium harumnya menyan madhu 44 bidadari turun ke tempat pertunjukan, 4 bidadari masuk kepada penari dan 40 lainnya masuk ke panjak hore. Pada saat-saat tertentu diselingi lagu-lagu panjak hore yang syairnya juga menceritakan perjalanan turunnya bidadari tersebut.

Pertunjukan utama dimulai setelah selamatan dan pembacaan tandhuk selesai. Adegan pertama yaitu adegan simbolik bancik endog yang disebut sindhiran. Selanjutnya berturut-turut adegan babad alas (buka ladang), ngrakal (membajak), /c/r (bertanam), besik (menyemai), sambang tegai (menjenguk ladang) atau ngrujaki (memberi rujak), dan undoh-undoh (menuai). Di sela-sela tiap adegan diselingi adegan sindhiran bancik kendi, bancik dengkul dan bancik pundak. Adegan terakhir sebagai penutup yaitu bandhan diterus bandhulan atau kalongan yang bersifat magis akrobatik.


Menjelang adegan terakhir salah seorang penari laki-laki jatuh pingsan. Pada saat itu pula para penonton seolah tersentak langsung berdiri dan mendekat kalangan. Penari yang pingsan busana tarinya ditanggalkan dan diikat dengan tali, dimasukkan ke dalam kotak. Setelah beberapa saat dibuka, sudah terlepas dari ikatan, adegan ini disebut bandhan. Masih dalam keadaan tak sadar penari dibawa ke tempat tali yang menjulur di tengah arena. Penari naik ke atas dengan memanjat tali. Sampai di atas menari-nari sambil tiduran diatas tali, kadang menggelantong dengan kepala menjulur ke bawah. Panjak hore dan para penonton dengan serentak dan semangat melantunkan lagu kalongking seolah memberi semangat. Teriakan penonton terutama anak-anak dari berbagai arah “…mudun cung – mudun cung…” (ayo turun) berulang-ulang, yang lain tetap melantunkan lagu kalongking. Penari kalongking mengambil ketupat dan lepet yang banyak bergelantong di tali atas dan dilemparkan ke pada penonton. Penonton berebut kupat dan lepet, bagi mereka yang mendapatkan dipercaya mendapat keberuntungan. Setelah beberapa saat penari turun dan disambut oleh juru kunci dibawa berputar-putar kalangan hingga sadarkan diri. Penari sadar memakai pakaian sehari-hari, panjak hore melantunkan lagu gambuh uleh-uleh sebagai pertanda dan pengantar para bidadari pulang ke asalnya dan pertunjukan selesai.

selanjutnya pada Kesenian Tuban  ( 3 ) ....

Minggu, 16 Juni 2013

PEGELARAN SENI TUBAN



OPEN STUDIO






PROSES PEMBUATAN KERTAS
Menikmati karya seni tidaklah cukup dengan hanya melihat hasil visualnya saja, karena kita tidak akan pernah mendapatkan gambaran secara utuh tentang karya tersebut.

  Dengan sering berkunjung ke studio seniman, sangat memungkinkan kita bisa berdialok langsung tentang proses yang melatar belakangi karya karyanya, selain itu kita juga bisa melihat berbagai tehnik bagaimana seorang seniman mengeksekusi karyanya, pada tahap ini merupakan pengalaman yang tak terhingga nilainya bagi jiwa kita dan pengalaman ini tentu akan berbeda pada setiap orang juga pada setiap studio seniman yang kita kunjungi.
PROSES PEMBUATAN SENI
Gedung Budayaloka mempunyai sejarah yang panjang bagi kehidupan masyarakat, dari niatana awal didirikannya sampai usaha-usaha pendiriannya menyimpan memori tentang keuletan dan kegotongroyongan masyarakat kita dalam mewujudkan keinginan bersama.

Di tempat inilah kami berhimpun mengusung tiap-tiap atmosfir berkesenian yang kami punyai untuk kita bagikan pada masyarakat dalam OPEN STUDIO yang berlangsung mulai tanggal 14 Juni sampai dengan 18 Juni 2013 dengan melibatkan 20 seniman dan lebih dari 50 karya seni rupa.

HASIL KARYA SENI RUPA
Selama open studio berlangsung diadakan Art & Adventure bagi anak anak untuk mengenalkan proses kreatif sejak dini.
HASUL KARYA SENI RUPA YANG CUKUP BESAR
OPEN STUDIO merupakan pilihan yang tepat sebagai sarana rekreatif yang menyenangkan dalam membantu kreatifitas anak dan diri anda lebih terbuka. 

SENI RUPA YANG MENGKRITIK SOSIAL

KREATIFITAS DI ATAS LANTAI


Selamat Bergabung.

Sabtu, 15 Juni 2013

BONSAI ART ( 7 )

REALITAS

Kenyataan yang alami

Bonsai sebagai karya seni yang hidup mempunyai usia kehidupan yang lebih panjang dibanding dengan usia manusia. Dengan seni ini banyak diperoleh nilai tambah yang sangat berguna bagi lingkungan hidup dengan melatih diri untuk rasa mencintai dunia botani. Dengan demikian seni bonsai ini turut serta mendukung perbaikan lingkungan hidup dan menjaga kelestarian plasma nutfah yang ada dengan cara memanfaatkan sumberdaya alam secara berkesinambungan, tanpa merusak lingkungan hidupnya melalui proses budidaya. Fenomena alam lingkungan dan budaya setempat adalah sebuah gambaran yang dijadikan sebagai kerangka pemikiran kearah gagasan untuk penyusunan konsep pembuatan sebuah karya seni bonsai, yang ditampilkan sealamiah mungkin sehingga terkesan alami, seolah-olah tidak ada campur tangan manusia, walaupun sebenarnya karya seni bonsai adalah hasil dari rekayasa.
Sumber : Green & Grow Bonsai Training Centre

Jumat, 14 Juni 2013

PENGHOBI BONSAI TUBAN ( 3 )

Pak Sinyo

Sosok Pak Sinyo
Sosoknya cukup sederhana. Pembicaraan yang apa adanya. Dengan penampilan yang penuh dengan jamban dan janggut yang tumbuh dan kaca mata yang selalu menempel. Ditangan tak lupa pegang rokok, menambah kenikmatan sebuah kehidupan. Dia adalah Bapak Kardiyono atau orang lebih mengenal dengan sebutan "Pak Sinyo". 



Awal kegemarannya adalah berburu dan mancing. Bahkan habis kerja langsung merencanakan untuk kedua hobinya. Bapak yang sudah berputra 2 orang yang sekarang putranya sudah tidak satu rumah alias sudah berkerja ditempat lain, maka Pak Sinyo mulai berpikir bahwa hobi yang ditekuni selalu meninggalkan rumah. Pak Sinyo berpikir bahwa istrinya selalu ditinggal, bahkan pak Sinyo  berpendapat rumah cuma sebagai ampiran saja. Hobi yang  selalu meninggalkan istri, pak Sinyo mulai kasihan juga, akhirnya dia mengalihkan hobinya ke tanaman bonsai sejak tahun 2006 dan sejak kota Tuban mengadakan pameran pertama. Sejak saat itu mulailah melirik hobi tanaman bonsai sampai sekarang. 

Pak Sinyo sedang berbincang dengan Mas Warsis
Meskipun kegemaran bonsai masih dibilang muda dan karena usia pak Sinyo sudah 57 tahun maka pemikiran tentang tanaman bonsai sudah cukup matang. Sehingga banyak yang suka akan koleksinya. 

Pak Sinyo sudah mempunyai koleksi bonsai sekitar 20 tanaman bonsai yang sudah dikemas dalam pot. Koleksi yang masih diliarkan atau ditanam ditanah tidak bisa dihitung jumlahnya. Tanaman yang menjadi koleksi adalah Kawista. Pak Sinyo mulai membudidayakan tanaman kawista  mulai dari biji. Tanaman Kawista sudah mulai punah di hutan Tuban karena diambil orang orang terdahulu yang mempunyai hobi tanaman bonsai. Sehingga inisiatif budidaya ini yang harus digerakkan.

Beliau masih bekerja di instansi pemerintah Kabupaten Tuban. Sambil menunggu usia pensiun yang sudah dekat, tanaman bonsai ini yang digunakan sebagai kegiatan kesehariannya. Rumah terletak di desa Semanding Barat RT 2 dan RW 1, Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban.

Hobi tanaman bonsai ini yang bisa menyambung persaudaraan kehidupan. 

Selamat Bapak Sinyo, kami tunggu karya berikutnya.