Menurut Saudi, kalau memang niat menjadi penggemar bonsai harus tahu karakter pohonnya. Arabica dinilai sulit merawat karena tidak mengerti karakternya. Indonesia ini adalah negeri yang sangat beragam berbagai jennis pohonnya. Kita harus mempelajarinya, dan bukan menaklukkannya. Soal katakter pohon ini kadang dianggap sepele, tapi kadang-kadang malah dilewatkan. “Kalau tahu-tahu mati jangan salahkan penjualnya,” ujar pedagang bonsai asal Tulungagung tersebut.
Ketika ditemui di stand bursa pameran bonsai di Cirebon belum lama ini, Saudi menjelaskan, Arabica itu merupakan salah satu bahan bonsai yang ideal. Batangnya mudah dibentuk, kalau mau melakukan wiring (pengawatan) enak meski cabangnya sudah agak besar. Gak usah dipuntir seperti dilakukan pada cemara (Acacia). Meskipun, Arabica sama-sama berasal dari genus Acacia. Dan nama latinnya jugaAcacia arabica atau Acacia nilotica.
Koleksi Kemal P, Lamongan |
Saudi mendapatkan Arabica langsung dari alam. Tentu saja dia membelinya dari para pemburu rekanannya. Menurut pengalamannya tidak usah membawa tanah asal. Cukup ditanam dengan media pasir Malang atau tanah murni. Tanpa kompos sama sekali karena malah akan menyebabkan tumbuhnya bakteri. Yang penting harus disirami terus agar cepat tumbuh tunas. Kalau hendak melakukan repoting ke pot yang lebih kecil, sarannya, lakukan pengurangan akar bertahap, agar tidak stress.
Sama-sama memiliki batang berwarna hitam, karakter Arabica lebih kuat daripada Mustam. Kalau Mustam masih terlihat lebih halus kulitnya, sementara Arabica nampak kasar, pecah-pecah, sehingga lebih mengesankan pohon yang sudah tua. Hal ini sangat cocok sebagai bahan bonsai yang baik.
Mati Cabang
Sementara itu, sebagai perbandingan, Arabica ternyata dikenal sebagai tanaman yang gampang mati cabang. Menurut Syaiful Arif, hal ini karena pertumbuhan cabang tidak merata. Kalau ada satu cabang yang tumbuh dominan misalnya, maka cabang-cabang yang lain langsung kalah. “Karena itu kalau ngelos cabang harus hati-hati, kalau tumbuhnya terlalu cepat harus dipotong, direm, untuk memberi kesempatan cabang lain tumbuh juga,” jelas trainer bonsai ini.
Karakter batangnya sangat kuat |
Syaiful mengakui, Arabica yang diambil dari alam gampang mati ketika ditanam di pot sebab karakter pohonnya sendiri memang banyak keringan. Karena itu disarankan, dongkelan yang diambil dari alam sebaiknya dibungkus dengan plastik untuk mencegah penguapan. Cukup dilubangi kecil-kecil sebagai jalan pernafasan. Dibiarkan selama 1-3 bulan sampai dengan tumbuh tunas-tunas baru. Kondisi tertutup ini juga sekaligus untuk memulihkan akar yang habis terpotong.
Mengenai penyakitnya, biasanya yang suka menyerang adalah ulat bulu (paling banyak) dan cabuk. Cara mengatasinya cukup disemport insectisida. Sedangkan perbanyakannya, sebetulnya bisa dengan biji, tapi terlalu lama. Cangkok juga bisa tapi sulit. Penggemar bonsai lebih suka membeli bakalan yang berasal dari alam saja.
Aslinya Arabica memang memiliki duri yang tajam-tajam. Tentu saja untuk kepentingan bonsai harus dipotongi bersamaan dengan pengawatan. Jika sudah jadi bonsai, duri itu sudah tidak ada lagi, kecuali pada cabang yang tumbuh baru. Ada yang bilang, pemotongan duri ini agak emnghambat pertumbuhan pohonnya.
Klampis di bursa Saudi |
Sementara itu, keberadaan Arabica di alam bebas malah dianggap pengganggu. Pihak Taman Nasional sampai rela mengeluarkan biaya besar untuk membasmi pohon hitam yang cepat menyebar ini. Di TN Baluran, Arabica dikatagorikan sebagai “tanaman sekat bakar”. Dalam Jurnal Duta Rimba tahun 1990 pernah ditulis, bahwa pada mulanya Arabica ini ditanam di TN Baluran sejak tahun 1969. Namun spesies ini terkenal lincah sehingga justru mendominasi vegetasi savana dasn mendesak rerumputan yang menjadi pakan hewan herbivora. Bayangkan kalau untuk memusnahkan Arabica di TN Baluran diserahkan saja pada pemburu bonsai. Pasti bisa mengurangi biaya yaa... (*)
Sumber : Jelajah Bonsai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat