Bonsai yang usianya ratusan tahun dengan penampilan istimewa tak terlalu sulit dijumpai di Taiwan. Beberapa jenis bonsai ini malah bisa menjadi yang terbaik di dunia. Itulah oleh-oleh rombongan PPBI yang berkunjung ke Taiwan setelah mengikuti International Bonsai Congress 90 di Hawai.
Siapa sangka negeri kecil yang termasuk jawara “Macan Asia” dalam bidang perdagangan ini mulai unjuk gigi pula di bidang perbonsaian. Kunjungan rombongan PPBI dari Indonesia ke negara ini beberapa waktu yang lalu membuktikan hal itu. Bonsai di Taiwan sudah sangat maju. Itulah kesan pertama yang diperoleh ketika rombongan diajak berkeliling melihat-lihat bonsai istimewa, koleksi para master ataupun kolektor pribadi yang sebenarnya tidak terbuka untuk umum.
Teknik dan kreasi yang mereka gunakan hampir menyerupai Jepang, negara asal tanaman kerdil ini. Malah untuk beberapa jenis tanaman boleh dibilang menjadi yang terbaik di dunia. Posisi negara ini, pada 20 derajat L.U, ikut mendukung berkembang pesatnya perbonsaian di sana. Banyak tanaman tropis yang bisa tumbuh baik dalam iklim Taiwan ini. Jadi tanaman tropis inilah yang kini banyak dijadikan bahan bonsai yang aduhai.
Di samping bonsai istimewa, orang-orang yang tergabung dalam banyak perkumpulan bonsai itu juga mempunyai pelbagai majalah khusus mengenai bonsai, yang diterbitkan secara berkala. Ini tentu wajar, sebagai pebonsai yang kemampuan ekonominya menunjang dan didukung keseriusan untuk mengembangkan bonsai, mereka jelas sanggup membiayai macam-macam kegiatan itu.
Ficus Myriocarpa
Jenis ini merupakan primadona dan menjadi kebanggaan khas para pebonsai Taiwan. Tanamannya sendiri banyak dijumpai di Taiwan sebagai pohon peneduh atau tanaman pagar di pinggir jalan. Kalau di Indonesia tanaman ini menyerupai beringin karet (Ficus retusa) hanya saja daunnya lebih kecil.
Keistimewaan jenis ini terletak pada perakarannya. Bentuknya mengesankan pohon yang sudah tua, kokoh, dan gagah sekaligus indah. Dan jangan heran cukup banyak bonsai dari jenis ini yang masa trainingnya sudah mencapai 100 tahun lebih. Bisa dimaklumi kalau akar dan rantingnya sudah terbentuk dengan sempurna.
Ficus microcarpa; yang merupakan primadona pebonsai Taiwan
Podocarpus Costalis
Jenis ini yang di Taiwan dikenal dengan nama Lohunsung termasuk bonsai yang istimewa. Kalau di Indonesia tanaman ini mirip ki putri (Podocarpus imbricata). Hanya lohunsung daunnya lebih kecil, pendek, dan lebih tebal sehingga lebih nampak serasi sebagai bonsai. Tak seperti Ficus myriocarpa yang mudah dikembangbiakan, tanaman ini pertumbuhannya lambat. Bahan bonsainya pun lebih banyak berasal dari galian alam. Itulah sebabnya bonsai-bonsai dari jenis ini jumlahnya sedikit. Harganya pun tentu menjadi istimewa. Apalagi umumnya umur training bonsai-bonsai ini sudah sangat tua, lebih dari 100 tahun. Konon pula tanaman-tanaman yang kini jadi bonsai tersebut kebanyakan berasal dari RRC.
Podopcarpus costalis
Murraya Paniculata
Di Indonesia kemuning banyak dipakai sebagai pagar halaman, tapi di Taiwan ia menjadi salah satu bonsai yang menarik. Rombongan dari Indonesia sempat menyaksikan sebatang bonsai raksasa dari jenis kemuning yang diameter batangnya 30 cm dan tingginya 100 cm. Walaupun ukurannya raksasa namun sebagai bonsai, ia tampak kompak, kokoh dan menarik untuk dipandang. Bonsai ini merupakan kesayangan ketua Asosiasi Bonsai Taipei.
Bonsai ini jelas berasal dari alam. Kecuali jenis Ficus myriocarpa, bonsai-bonsai istimewa asal Taiwan sebagian besar berasal dari galian alam yang ditraining oleh ahli-ahli di dalam negeri.
Murraya paniculata; diameter batangnya 30 cm dan tinggi 100 cm
Cemara
Taiwan juga menghasilkan bonsai cemara Juniperus chinensis yang dibentuk dengan amat baik. Jenis ini di Indonesia mirip pua-pua. Bonsai-bonsai cemara ini di samping merupakan produk dalam negeri, juga ada yang didatangkan dari RRC.
Cara mereka membentuk cemara ini sudah sangat wajar tanpa melakukan pemaksaan bentuk. Alur-alur dibuat wajar tanpa perentangan serat yang drastis. Batang-batang yang ditekuk dengan paksapun boleh dibilang tidak ada.
Juniperus chinensis, dibentuk dengan wajar
Bonsai cemara udang (Casuarina equisetifolia), di Indonesia masih lebih bagus. Selama kunjungan ke Taiwan rombongan kita jarang menemui cemara udang yang bentuknya bisa berbelok-belok seperti yang ada di Indonesia. Walaupun bentuknya tak semenarik yang ada di Indonesia, harganya ternyata cukup mahal.
Tanaman Buah
Tanaman buah yang dijadikan bonsai pun bisa berbuah normal. Salah satunya yang disaksikan rombongan Indonesia adalah jenis Pyrus serotina yang kita kenal sebagai pir. Bonsai salah seorang kolektor di sana memperlihatkan buah-buah yang menggantung memenuhi pohon. Benar-benar mengundang kekaguman.
Di samping itu ada juga bonsai jenis Pyracantha coccinea dengan buah berwarna merah memenuhi seluruh permukaan pohon. Sangat indah.
Pyrus serotina, dengan buah yang hampir memenuhi pohon
Gaya Jepang
Satu hal lagi yang menyolok pada gaya bonsai di Taiwan adalah hampir semua pembentukan bonsai dibuat bergaya Jepang. Bukan lagi gaya Cina seperti yang umum mereka lakukan.
Gaya Cina lebih mengikuti pola keadaan alam sebenarnya dalam pembentukan. Tidak ada pengaturan yang seksama dari cabang dan ranting, artinya campur tangan manusia dicoba sesedikit mungkin.
Sebaliknya, gaya Jepang mempunyai aturan yang lebih baku, dengan prinsip campur tangan manusia harus ada dan malahan cukup besar, tetapi secara keseluruhan justru menimbulkan keindahan dan keharmonisan dari pohon tua yang wajar, seolah-olah malah terlihat tidak adanya campur tangan manusia.
Dengan kondisi pembonsaian di Taiwan seperti itu tentu saja kesediaan mereka untuk mengirimkan delegasi ke Asia Pacific Bonsai Convention di Bali tahun depan sangat besar.
(P. Bambang Hariyanto/Bahan : Ir. Budi Sulistyo)
Sumber : Nahjoy.com