BONSAI BAGIAMANKAH YANG DIKATAKAN INDAH
Tidak semua tanaman yang dibentuk semau kita dan ditanam dalam pot bisa disebut sebagai bonsai. Bonsai yang bagus harus memenuhi beberapa kriteria dasar, dan bonsai seindah apapun bila tidak disertai dengan wadah yang sesuai, maka belum bisa disebut sebagai bonsai yang bagus.
Masih banyak
orang yang menganggap bahwa bonsai yang bagus sekedar pohon kerdil yang dibentuk
rapi dan ditanam dalam pot; padahal untuk membuat sebuah karya bonsai yang
bagus, banyak disiplin ilmu lain yang harus kita kuasai antara lain pengetahuan
estetika seni, ilmu botani termasuk fisiologi dan morfologi tanaman serta
kejelian mengobservasi fenomena alam.
Sebuah karya
bonsai dapat dikatakan bagus kalau memenuhi tiga persyaratan dasar yaitu:
keindahan artistic, hukum hortikultura serta makna tersirat. Kita dapat
membentuk sebatang pohon yang penuh keroposan pada batang dan kita tanam dalam
pot pelastik dengan posisi rebah dengan perantingan dan perdaunan yang
berantakan dengan pesan tema sebatang pohon tua di alam yang roboh karena
diterpa angin topan. Karya tersebut cukup bermakna, tetapi kalau tidak indah,
maka tidak dapat disebut sebagai bonsai apalagi wadah tanamnya belum tentu
sesuai. Kita juga dapat membuat sekelompok pohon dari berbagai jenis tanaman
dengan konfigurasi semaunya dan ditanam dalam pot keramik yang indah. Karya
trsebut cukup bermakna dan mencerminkan fenomena alam nyata sesuai hukum
hortikultura; tetapi belum dapat disebut sebagai karya bonsai yang bagus karena
konfigurasinya tidak indah dan harmonis. Jadi kesimpulannya adalah bahwa
keindahan artistik adalah persyaratan mutlak yang harus dipenuhi dalam sebuah
karya bonsai walaupun mungkin hukum hortikultura dan pesan maknanya tidak
terlalu kentara.
Keindahan
artistik dari pohon tersebut mutlak disandingkan dengan wadah tanam yang sesuai;
tanpa kombinasi yang terpadu secara harmonis antara pohon dengan wadah tanam,
karya tersebut tetap belum dapat dikatakan sebagai karya bonsai yang bagus
!
Yang dimaksud
dengan hukum hortikultura di seni bonsai ada tiga aspek yaitu: karakter dasar
species, aspek kondisi lingkungan serta faktor atmospheric
alam.
Setiap jenis
tanaman mempunyai karakter dan bentuk dasar sendiri, umpamanya pohon asam
berbeda dengan pohon kapok, acasia berbeda dengan cemara udang; tetapi jenis
tanaman yang sama dapat berobah bentuknya akibat kondisi lingkungan yang berbeda
di mana pohon tersebut tumbuh. Pohon beringin yang tumbuh di lapangan terbuka
akan berbeda bentuknya dengan beringin yang tumbuh di pinggir sungai, pohon
wahong yang tumbuh di perbukitan batu berbeda bentuknya dengan wahong yang
tumbuh di dataran rendah. Hal tersebut bisa disebabkan oleh faktor sumber air,
kondisi tanah maupun arah sinar matahari dan lain-lain. Selain kondisi
lingkungan tersebut di atas, bentuk sebatang pohon juga dapat diakibatkan oleh
gangguan dari luar, umpamanya karena di sambar petir, akibat penyakit, gangguan
manusia atau binatang, terpaan ombak, angin ataupun salju; sehingga bentuk pohon
pinus yang tumbuh di pegunungan tropis berbeda dengan pinus yang tumbuh di
pegunungan Huangshan di Cina.
Ada hal lain
yang sangat fundamental yang mengakibatkan perbedaan karakter dan bentuk pohon
yaitu aspek fisiologi dan morfologi tanaman. Kedua aspek tersebut adalah
sub-disiplin ilmu botani yang mempelajari fisiologi tanaman serta segala aspek
yang mempengaruhi bentuk pertumbuhan pohon. Pohon jenis berdaun jarum mempunyai
fisiologi dan aspek morfologi yang berbeda dengan pohon jenis berdaun lebar; itu
sebabnya pohon pinus atau cemara mempunyai karakter anatomi dan bentuk dasar
yang sangat berbeda dengan pohon beringin mulai dari garis batangnya sampai
kepada garis percabangannya.
Pengetahuan
tersebut sangat penting bagi para seniman bonsai supaya dapat membentuk bonsai
yang lebih dekat dengan kenyataan alam sehingga karakter dan nuansa yang
dihasilkan akan lebih relevan. Walaupun pada batas tertentu jenis tanaman bukan
menjadi faktor penting dalam membentuk sebuah design bonsai, tetapi seyogianya
kita hindari mendesign bonsai jenis daun lebar dengan bentuk pohon jenis berdaun
jarum karena kedua jenis tersebut memiliki karakter yang sama sekali berbeda.
Contohnya, akan sangat aneh bila kita mendesign bonsai beringan seperti karakter
cemara dengan liukan dan keringannya; atau sebaliknya kita design bonsai cemara
seperti pohon acasia.
Dalam kenyataan,
kesalahan tersebut yang sering terjadi terutama dalam cara membentuk percabangan
dan perantingan. Hal tersebut diakibatkan karena kebanyakan dari kita
mempelajari seni bonsai dari buku Jepang yang kebanyakan dengan contoh pohon
jenis berdaun jarum atau jenis maple yang karakternya berbeda dengan pohon asam;
sehingga sering kita mendesign semua pohon kita dengan pelintiran batang dan
cabang seperti cemara atau bulat rapi seperti bentuk pohon maple. Kesalahan
mendasar tersebut yang menghilangkan karakter pohon tropis kita kecuali beberapa
jenis pohon yang memang memilki karakter dasar yang unik seperti santigi dan
wahong laut.
Semakin banyak
disiplin ilmu yang kita pelajari terutama yang berkaitan dengan estetika seni
dan botani, akan semakin luas wawasan kita sehingga kemampuan kita dalam
mendesign sebuah karya bonsai akan semakin meningkat; yang akhirnya akan mampu
melahirkan karya bonsai yang semakin dekat dengan fenomena alam, berjiwa,
bernuansa keindahan artistic dengan kandungan makna tersirat layaknya sebuah
karya seni, dan bukan kerajinan tangan yang hanya dinilai kerapian dan tingkat
kesulitan pembuatannya.
"Artikel By: Mr. Robert Steven"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat