Kamis, 09 Februari 2012

DONGKELAN

BUMIAJI  BATU PENGHASIL  BONSAI  YANG  DI  EXPORT

Wilayah Kecamatan Bumiaji cukup terkenal dengan hasil pertaniannya, mulai dari sayur mayur, apel, hingga tanaman bunga hiasnya.

Seperti yang ada di Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji, para petani di sana membudidayakan tanaman hias bonsai. Bahkan, produksi bonsai Bumiaji kini banyak yang diekspor hingga ke Eropa.

”Ada 60 sampai 70 petani bonsai di wilayah Bumiaji. Kita membuat sebuah Paguyupan Petani Bonsai. Di antara anggota paguyupan ada yang bertindak sebagai marketing. Salah satunya menjual bonsai ke Perancis, Belanda, Jerman dan Italia,” ujar Hartono,35, salah seorang petani bonsai di Desa Bulukerto.

Diterangkan, penjualan bonsai memang tidak seperti penjualan bunga antorium yang pernah booming di era tahun 2007-an lalu. Penjualan tanaman bonsai tergolong stabil. Artinya tidak sampai turun drastis maupun naik tajam.
Stabilnya harga bonsai dipengaruhi beberapa faktor. Antara lain karena tidak semua orang suka dengan tanaman bonsai. Biasanya yang sering membeli bonsai adalah para kolektor tanaman saja. Keberadaan tanaman bonsai di rumah seseorang sama halnya dengan sebuah lukisan. Hanya orang tertentu saja yang bisa menikmati keindahan dan eksotisnya tanaman yang dikerdilkan itu.
Menurut Hartono, hampir semua jenis tanaman yang memiliki kambium bisa dikerdilkan. Jenis tanaman yang biasa dibonsai yaitu keluarga tanaman olmos, lada-lada, serisa, sisir, fixes/beringin, ipik dan aneka jenis cemara. Mahal dan tidaknya harga bonsai, kata Hartono, tidak hanya dipengaruhi besar kecilnya batang pohon yang ditanam di dalam pot. Ada unsur lain yang membuat tanaman bonsai mahal yakni keserasian dan keseimbangan tanaman dengan media potnya. ”Walaupun tinggi tanamannya hanya 15 centimeter, kalau bentuk pohonnya serasi dengan daunnya dan seimbang dengan potnya, harganya bisa sampai Rp500.000-Rp1 juta per pohonnya,” jelasnya.

 


Menariknya, Paguyupan Petani Bonsai Kecamatan Bumiaji sudah sepakat untuk tidak mengambil bibit bonsai dari hutan. Karena hal itu dianggap bisa merusak lingkungan. Semua jenis tanaman yang dibonsai diperoleh dari hasil pembibitan sendiri atau membeli dari luar Kota Batu.

”Salah satu keahlian petani bunga dan bonsai Bumiaji adalah mampu membuat bibit sendiri. Caranya kalau tidak dicangkok, ya distek. Pokoknya kita punya prinsip semua jenis tanaman, terutama untuk jenis bonsai harus bisa kita buat bibit sendiri di halaman rumah agar tidak merusak lingkungan,” jelas Hartono sambil tersenyum.

Ditambahkan, jenis bonsai yang dijual ke daratan Eropa ada berbagai macam. Mulai dari cemara, olmos, lada-lada dan serisa. Biasanya, bonsai yang akan dikirim ke luar negeri lebih dulu ditawarkan lewat internet kepada calon pembelinya.
Hampir setiap hari, Hartono bersama para petani bonsai lainnya membuat bonsai di halaman rumahnya. Karena kalau sehari saja tidak membuat bonsai, berarti tidak menghasilkan uang. ”Misalkan saja hari ini kita membuat bonsai dari pohon cemara maka menjualnya bukan tahun depan. Bisa jadi dua tahun lagi karena kita masih harus membimbing batang dengan kawat agar bisa tumbuh serasi dan unik. Jadinya setiap hari harus tetap memroduksi bonsai,” ungkapnya.

Baginya, keistimewaan pekerjaan yang digelutinya yaitu melatih untuk selalu bersabar. Karena setiap tanaman yang akan dibonsai punya persoalan yang selalu beda. Umumnya, para petani bonsai orangnya pendiam tapi memiliki naluri seni yang tinggi.
”Bonsai itu unik. Setiap lekukan batangnya mengandung nilai seni. Apalagi kalau dikaitan dengan budaya China. Mulai daun, ranting sampai batangnya memiliki makna sendiri-sendiri,” pungkas Hartono yang tampak puas menggeluti pekerjaannya.
Sumber : sindonews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat