Senin, 30 Januari 2012

DONGKELAN

Juri Seni Bonsai

Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan di dalam pot dangkal dengan tujuan membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Penanaman dilakukan di pot dangkal yang disebut bon. Istilah bonsai juga dipakai untuk seni tradisional Jepang dalam pemeliharaan tanaman atau pohon dalam pot dangkal, dan apresiasi keindahan bentuk dahan, daun, batang, dan akar pohon, serta pot dangkal yang menjadi wadah, atau keseluruhan bentuk tanaman atau pohon. Bonsai adalah pelafalan bahasa Jepang untuk penzai. (Wikipedia)

Bagaimana bonsai sekarang, untuk perkembangan di Indonesia. Bonsai mengalami pasang surut, tergantung para pemimpin sendiri yang ada di sekitar kita. Jika tidak ada perhatian terhadap para pemimpin ya, mau tidak mau mengalami pasang surut. Apalagi Indonesia masih dilanda penurunan hajat hidupnya. Semua masyarakat masih mengurusi bahan pokok saja, sehingga untuk pengembangan yang bersifat seni masih sedikit sekali.

Perbonsaian di Indonesia juga ada wadah yang resmi, yang saya kenal adalah Persatuan Penggemar Bonsai Indonesia. Kalau saya lihat dari luar tubuh PPBI juga belum bisa mengangkat perbonsaian Indonesia. Setiap ada momen pameran bonsai kurang memuaskan banyak pihak. Gara-gara penilaian terhadap tanaman yang ada perbedaan, meskipun penilaian sudah ditetapkan. Sulit memang menilai sebuah karya seni terutama bonsai yang dijuluki seni tiada akhir.


Kalau dilihat beberapa seni diluar bonsai memang ada beberapa kreteria penilaian yang pernah terjadi, tunjuk aja seni suara dalam even AFI atau Indonesia Idol, semua para komentator atau dianggap sebagai juri telah menghasilkan sebuah seni suara yang cukup diperhitungkan, sehingga kwalitas seni suara yang dihasilkan cukup baik, tinggal satu langkah lagi, apakah pasar menghendaki atau tidak. Tapi keluaran 2 even tersebut suaranya cukup bagus walaupun hanya nomer 10 besar.

Sekarang bagaimana dengan penilaian perbonsaian kita. Apakah kita ini sudah bisa menentukan juri yang baik yang bisa mewakili banyak pihak atau sudah  diakui diseluruh Indonesia. Yang pertama penilaian bonsai "bagimana jika kita menunjuk pakar-pakar bonsai kita ?", saya lihat banyak yang mempunyai karya-karya yang bagus, tapi beliau-beliau ternyata dulu juga anggota PPBI, tapi sekarang sudah keluar. Sebab apa itu yang harus sama-sama intropeksi. Yang penting penilaian jangan melihat milik siapa atau ada faktor bisnis. Seni-seni, bisnis-bisnis. Kita coba bedakan hal tersebut. Seandainya ada bonsai tidak menang di momen pameran dan banyak orang suka maka hal itu lain. Sebab selera masyarakat tentu tidak sama dengan penilaian juri. Tapi minim juri sudah mempunyai karya yang pernah menang dalam pameran bonsai baik dalam negeri atau even-even yang  diadakan diluar negeri.




Yang kedua para juri harus ada sebuah keterbukaan terhadap para peserta. Hal ini perlu untuk proses pembelajaran. Transfer ilmu perlu diadakan jika keindahan bonsai yang ada di Indonesia ini akan berkembang. Juri, penggemar, trainer dan penjual harus ada satu sepakat bahwa sebuah seni harus berubah sesuai gaya seni sendiri dan perkembangan masyarakata yang ada.

Yang ketiga tidak kalah penting yaitu jika ada bonsai sudah menang dalam sebuah even tertentu harus dimonitor oleh badan yang bergerak dibidang perbonsaian, atau panitia penyelenggara, sehingga dapat dijadikan referensi dan mempertahankan seni bonsai itu sendiri. Karena bonsai tidak diam seperti seni lukis yang dipajang aja tidak mengalami perubahan. Bonsai jika dibiarkan tanpa perawatan yang baik akan menjadi bonsai tidak berseni lagi alias rusak.

Demikian wacana saya tentang penjurian bonsai yang ada di Indonesia, jika beda pendapat mohon memberi saran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat