Senin, 23 Januari 2012

BONKEIR

ROBERT STEVEN

Pertama kali tertarik dengan bonsai,  seorang Robert Steven pada waktu itu jalan-jalan ke Puncak Bogor sekitar tahun 1980. Dia dengan iseng membeli pohon kecil yang ada di pot.
"Sejak itu saya tertarik membuat bonsai. Nggak pakai sekolah khusus karena memang saya suka seni lukis dan patung,"  kata Robert Steven.
Robert Steven belajar dengan daya insting dan jiwa seni yang telah mengalir dalam tubuh.  Dia lahir di Binjai Sumatra tahun 1958 dan sekarang berdomisili di Jl Batu Tulis VIII No 27-A, Jakarta Pusat.
Kemudian beberapa waktu Robert Steven menghubungi PPBI (Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia) dan ketika membuat bonsai ada kritikan dari PPBI bonsai yang dibuat salah tidak sesuai pakem atau aturan yang sudah berjalan selama ini. Dengan kritikan itu membuat Robert Steven mengalami kebingungan dan dalam darah seninya berontak. Keputusasaan mulai menyelimuti dan sempat memutuskan untuk tidak mendalami ilmu bonsai. Karena bonsai tidak bisa mengungkapkan cita rasa seni yang bergejolak dalam hati.
Ismail Saleh seorang Menteri Kehakiman pada waktu itu yang merupakan penasihat PPBI mengajak Robert Steven belajar bonsai ke Tiongkok. Alasannya sederhana, Robert Steven bisa berbahasa Mandarin sehingga bisa menjadi penerjemah sekaligus belajar tentang bonsai yang memang berasal dari Tiongkok sejak lebih dari 1.300 tahun lalu.
Di Tiongkok, Robert Steven mendapat ilmu baru  mengenai seni bonsai yang selama ini berbeda dengan yang didapat selama ini. "Di sana tidak diajarkan mengenai peraturan-peraturan, tapi falsafah serta aspek seni dan estetikanya. Saya pikir inilah yang bener karena seni itu memang nggak ada aturannya, nggak ada benar nggak ada salah," tegas Robert Steven. Inilah yang mengilhami Robert Steven untuk  mengembangkan ilmu bonsai yang lain digeluti sekarang. Coba kita perhatiakn aliran Robert Steven lebih condong mengarah pada bentuk-bentuk Tiongkok daripada bentuk Jepang.
Kepulangan dari  Tiongkok,  Robert Steven menyadari bahwa di dunia bonsai tidak ada yang secara khusus mendalami estetika bonsai. Semua buku yang ada hanya mengajarkan teknik pembuatan dan kriteria-kriteria bonsai. "Itulah yang ditelan mentah-mentah oleh penggemar bonsai dan dianggap sebagai aturan baku," kata Robert Steven.
Robert Steven berani mempertahankan argumennya bahwa membuat bonsai tidak boleh mengikuti aturan secara membabi buta. "Semua aturan dalam buku saya catat. Mana yang dianggap salah dan mana yang dianggap benar. Ternyata, semua itu ada alasannya. Yaitu, aspek estetika seni dan aspek hortikultura yang berkaitan dengan fisiologi dan morfologi tanaman," terangnya.
Sejak saat itu, Robert Steven mulai menulis artikel soal bonsai dan mencetak buku pertamanya berjudul Vision of My Soul yang akhirnya menjadi best seller di dunia. "Saat itulah konsep saya dikenal di seluruh dunia dan mulai banyak diundang untuk memberikan ceramah serta mengajar di berbagai negara," jelas Robert Steven.
Sebelum itu, banyak pencinta bonsai yang mengalami gejolak batin karena bonsai terlalu banyak aturan. "Tapi, kok banyak bonsai yang menyimpang dari aturan justru terlihat lebih indah. Nah, sekarang mereka mendapatkan pembenarannya dari konsep saya itu," ujar Robert Steven.
Cara pandang Robert Steven akhirnya diakui dunia. Hingga sekarang, dia telah memenangi lebih dari 200 kompetisi bonsai tingkat nasional maupun internasional. Dia juga dipercaya menjadi sekretaris jenderal Asia-Pacific Bonsai Friendship Federation (ABFF) dan menjadi duta Bonsai Clubs International (BCI) serta Dewan Direksi BCI sejak 2002 hingga sekarang.
Buku-buku Robert Steven cukup laris di berbagai negara hingga harus cetak ulang. Akhir 2008, dia kembali mengeluarkan buku keduanya berjudul Misson of Transformation yang juga menjadi salah satu buku panduan bagi penghobi bonsai dunia.
Dia berasumsi, segala model pohon di alam tidak terbentuk secara kebetulan, tapi selalu ada alasannya. "Misalnya, di mana letak sumber airnya, di mana arah sinar mataharinya, anginnya, serta faktor ekternal lain akan memengaruhi bentuk pohon. Contohnya, pohon beringin di alam terbuka pasti berbeda dari yang hidup di pinggir sungai," kata Robert Steven.
Menurut  Robert Steven , bonsai yang bagus adalah bagaimana membentuk tanaman kecil tapi dapat membuat orang yang melihat membayangkannya seperti pohon besar yang tumbuh di alam. "Tanpa pendekatan hortikultura dan estetika, bonsai akan terkesan artifisial seperti kerajinan tangan yang semua hampir sama," kata Robert Steven.
Aspek alam dan aspek seni estetika itu tidak pernah diajarkan di buku mana pun. Karena itu, buku-buku Robert Steven  selalu menjadi rujukan. Robert Steven juga selalu tak lupa menekankan filsafat bonsai. Yaitu, membuat pohon bernuansa cuplikan alam nyata dalam ukuran mini. Jadi, bonsai harus sedekat mungkin seperti pohon besar di alam.
Robert Steven yang mempunyai 2 anak,  sekarang semakin sibuk mengurusi kegiatan para penghobi bonsai. Sebab Robert Steven harus pergi mengajar di berbagai organisasi bonsai di dalam negeri atau luar negara.
Robert  Steven kini memiliki lebih dari 500 bonsai yang sebagian besar diletakkan di taman miliknya di Jl Taman Pluit Putra Putri. Dia menilai semua bonsai buatannya adalah masterpiece (karya terbaik) karena dirinya tidak pernah membuat pengulangan. "Jadi, satu sama lain pasti berbeda," ungkapnya.
Meski sudah tenar sebagai master bonsai dunia, dia menolak menjual karya-karyanya, walau ditawar dengan harga berapa pun. "Awalnya banyak yang menawar. Tapi, karena tahu saya nggak pernah jual, mereka jadi nggak berani nawar lagi. Untuk koleksi saja, dinikmati sendiri. Mungkin saya satu-satunya yang seperti itu," katanya.
Demikian sedikit mengenai Robert Steven, seorang master bonsai yang dipunyai oleh bangsa Indonesia, yang diawal ketertarikan bonsai,  banyak sekali pertentangan yang tidak setuju dengan hasil karyanya. Sekarang Robert Steven telah menunjukkan bahwa senia bonsai yang ditekuni dengan tanpa ada pakem yang menyertai, yang selama ini dianggap sebuah peraturan yang tidak bisa dirubah oleh para penghobi bonsai, dengan sentuhan seni dalam hati akan membuat karya yang besar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat