Selasa, 17 Januari 2012

KACAMATA UNGU

T I T I P A N
( W.S. RENDRA )




Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku ...
Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan ...
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi mengapa aku tak pernah bertanya ...
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku
Dan kalau bukan milikku,
apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat,
ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebuah musibah ...
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka ...
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja
untuk melukiskan kalau itu adalah derita ...

Ketika aku berdoa,
kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku ...
Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil, lebih banyak popularitas,
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku ...
Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika ...

Aku rajin beribadah, selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku ...
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih ...
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku ...

Ya Alloh, padahal tiap hari kuucapkan,
hidup dan matiku hanya untuk beribadah ...
"Ketika langit dan bumi bersatu,
bencana dan keberuntungan sama saja"




Puisi terakhir WS Rendra yang ditulis di atas ranjang RS sebelum ajal menjemputnya




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat