Senin, 07 Oktober 2013

KIAT MENUTUPI BEKAS POTONGAN

Untuk melakukan training bonsai, tidak terhindarkan harus memotong cabang, bahkan juga batang utama. Persoalannya, bekas potongan itu menyisakan bekas yang mengganggu penampilan. Bekas potongan itu meninggalkan bekas di bagian tepinya yang menebal, seperti bibir tebal, mbendhol. Bagi penggemar bonsai yang cermat, hal ini dianggap kurang perfect, tidak indah, dan mengganggu kesempurnaan sebagai sebuah bonsai.


Sebagaimana diketahui, bahwa bonsai yang baik itu bukan sekadar pohon besar dalam bentuk mini. Tetapi harus nampak kesan bahwa bentuk mininya itu seolah-olah terjadi secara alami, bukan hasil rekayasa manusia. Itulah sebabnya sebuah training yang berhasil manakala hasiltraining itu sudah tidak terlihat lagi bekasnya. Pada kompetisi bonsai kelas bintang misalnya, kesempurnaan training ini justru menjadi perhatian utama yang menentukan nilai. Sebuah bonsai yang dibentuk dengan wiring (pengawatan) misalnya, pada saat kontes harus terlihat seolah-olah tidak pernah mengalami pengawatan.

Demikian pula bekas potongan batang, akan lebih baik kalau bekasnya tidak kelihatan kalau batang itu pernah dipotong. Persoalannya, semakin besar sebuah batang yang dipotong, bekas potongan itu cenderung makin nampak. Itulah sebabnya, kolektor bonsai Husni Bahasuan tidak puas kalau hanya membiarkan bekas potongan itu kelihatan mencolok. Melalui trainer-nya, Samsul Arief, dilakukanlah sebuah rekayasa agar bekas potongan itu sesedikit mungkin meninggalkan bekasnya.

Caranya, begitu batang itu dipotong secara rapi sesuai dengan keinginan, kemudian dibungkus dengan lakban plastik yang bening sampai dengan seluruh permukaan bekas potongan itu tertutup. Dengan cara ini maka bekas luka akibat dipotong itu dapat menutup tanpa harus meninggalkan bekas seperti bibir tebal. Pertumbuhan kulit dan kambium bekas potongan akan dipaksa mengarah ke dalam karena sudah dikondisikan oleh bungkus plastik tersebut. Lagi pula, dengan adanya bungkus plastik maka waktu yang dibutuhkan untuk penyembuhan luka bekas potongan menjadi lebih pendek. “Bisa hemat waktu setengahnya,” ujar Saiful.

Dalam kesempatan terpisah, Teddy Jabrix dari Tegal menambahkan, bahwa bekas potongan itu akan cepat menutup kalau di bagian atasnya sengaja dipelihara cabang. Keberadaan cabang inilah yang akan memacu suplai makanan ke daerah itu sehingga mempengaruhi penutupan kambium pada bekas potongan tersebut. Selain itu juga tergantung jenis pohonnya. Untuk jenis-jenis pohon bergetah, seperti ficus, tentu lebih cepat menutup bekas lukanya.

Salep Kambium

Selain cara alami, kalau mau praktis, sudah ada salep khusus yang digunakan untuk menutup bekas luka agar kambium cepat tumbuh. Menurut Trias, yang meproduksi salep tersebut, dengan menggunakan salep kambium maka dapat dihemat waktu hingga empat kalinya, dibanding kalau dibiarkan begitu saja. Lagi pula dengan membiarkan bekas potongan sangat rentan mengundang bakteri dan penyakit.

Selama ini memang sudah ada salep semacam itu, produksi Taiwan dan Jepang. Namun harganya kelewat mahal. Lagi pula, menurut penuturan sejumlah pengguna, salep yang menempel itu bisa mengeras seperti batu. Salep produksi Kediri itu hanya dijual Rp 60 ribu untuk botol 300 cc. Cukup satu kali oles bisa bertahan hingga 10 tahun. Sementara salep impor dari Jepang Rp 150 per 200 cc, dan yang dari Taiwan 250 ribu. “Cuma produk mereka dikemas seperti pasta gigi, jadi lebih praktis,” ujar Trias yang mengaku akan meniru kemasannya.

Ditemui di sela-sela pameran bonsai di Cirebon, Trias menurutkan, bahan dasar salep tersebut berupa Asam Traumalin, lateks, antibodi dan pewarna, untuk merangsang penutupan kambium. Dengan demikian luka cepat kering, anti bakteri dan hindari penguapan. Soal warna ini nampaknya diperngaruhi selera konsumen. Ada yang suka warna kemerahan, sehingga menyerupai bekas Jin. Ada yang warna netral, atau hitam seperti produk Jepang.  

Trias sendiri mengaku tidak memiliki latar belakang pendidikan kimia untuk membuatnya. Kebetulan dia memiliki pengalaman soal morfologi ketika bekerja di industri pertanian dan pengembangan bibit tanaman.


Meski hanya satu-satunya produsen semacam di dalam negeri, namun tingkat penjualannya boleh dibilang lambat. Sebab satu botol dapat digunakan selama satu tahun. Karena itu Trias juga memproduksi pupuk perangsang tunas, pemacu buah dan pemacu tunas. (henri nurcahyo)



Sumber : Jelajah Bonsai


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat