Lembaga Kajian Bonsai Indonesia (LKBI) bekerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menyelenggarakan pameran apresiasi bonsai yang diberi nama “Bonsai Masuk Kampus”. Pameran diselenggarakan di halaman foodcourt kampus Unesa Ketintang, mulai Rabu-Minggu (4-8 Desember 2013). Selain pameran juga diselenggarakan Sarasehan Bonsai, demo bonsai dan klinik bonsai.
Direktur LKBI Drs. Wahjudi D. Sutomo menjelaskan, bahwa acara ini merupakan upaya LKBI untuk mengenalkan seni bonsai di kalangan civitas akademika, khususnya Unesa. Karena itu LKBI menyambut baik ajakan kerjasama pihak Unesa yang menyelenggarakan acara ini untuk memeriahkan Dies Natalis Universitas Negeri Surabaya (UNESA) ke 49.
Sepanjang pameran berlangsung, juga diadakan Demo Bonsai, setiap pukul 15.00 – 17.00 WIB oleh M. Syaiful Arief, seorang trainer bonsai yang sudah berpengalaman. Sedangkan khusus hari Jum’at (6/12), mulai pukul 14.00, diselenggarakan Sarasehan Bonsai dengan pembicara: Drs. Wahjudi D. Sutomo, Husny Bahasuan (kolektor bonsai) dan DR. Djuli Djatiprambudi, ketua jurusan seni rupa FBS Unesa, yang akan membahas seni bonsai dari sisi akademis. Sedangkan Henri Nurcahyo, jurnalis seni bonsai, bertindak selaku moderator.
Pameran ini juga diselenggarakan berdasarkan pemahaman bahwa bonsai pada dasarnya adalah pohon mini, kerdil, berukuran kecil yang pertumbuhannya diatur, berpenampilan menarik, berbentuk indah, tua atau berkesan tua, yang ditanam dalam suatu wadah atau pot. Bonsai bukan sekadar tanaman hias dalam pot, melainkan sudah menjadi cabang kesenian tersendiri, yaitu Seni Bonsai. Karena itu bonsai dapat diapresiasi dari aspek biologi flora namun sekaligus ditelaah dari disiplin seni rupa atau seni visual. Pemahaman bonsai sebagai seni visual bukan menurut parameter Barat yang arogan, sebab memahaminya harus dengan paradigma dan filosofi ketimuran, sebab bonsai adalah sebuah tradisi Zen dari Timur (khususnya Tiongkok dan Jepang) yang telah tumbuh sejak 4000 tahun lalu.
Selain bonsai dapat dikaji dari aspek teknis dan aspek seni, bonsai juga membutuhkan kajian yang bersifat keilmuan. Bahwa yang disebut “indah” dalam seni bonsai itu tetap dapat dijelaskan secara akademis. Indah memang relatif, tetapi tetap dapat dipelajari.
Sementara itu, bonsai seharusnya juga bisa masuk dalam sub-sektor Industri Kreatif, menambah 14 elemen industri kreatif yang sudah ditetapkan menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Karena Industri Kreatif itu adalah muara dari Ekonomi kreatif, yaitu “industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut.” Deskripsi industri kreatif tersebut sangat pas diterapkan pada bonsai.
Dengan adanya pameran ini diharapkan dapat memberikan kesempatan pada masyarakat umum, khususnya Civitas Academica untuk dapat menikmati karya-karya seni bonsai yang terpilih dalam suatu kesempatan khusus yang dilangsungkan di lokasi yang representatif. Menciptakan ruang dialog antara seniman dan pelaku bonsai dengan kalangan Civitas Academica untuk secara bersama-sama mengapresiasi seni bonsai sebagai karya seni visual sekaligus objek keilmuan. Menyebar-luaskan kecintaan terhadap seni bonsai sebagai perwujudan dari keagungan Yang Maha Kuasa. Dan juga Menanamkan rasa cinta lingkungan hidup melalui seni bonsai dalam satu kesatuan dengan cinta kesenian. (*)
Sumber : Jelajah Bonsai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat