Sabtu, 20 Juli 2013

BERTAHAN PADA SANG RATU

Saat banyak pemain lain tiarap, Yendi Septifiyandi justru kebanjiran permintaan. Pekerjaan sebagai akuntan selama 10 tahun pun dilepas demi berkebun aglaonema.
Ratu daun itu memesona Yendi pada enam tahun silam. Ketika itu popularitas aglaonema sebagai tanaman hias daun memang tengah moncer. Bagi  alumnus Universitas Brawijaya itu daun sri rejeki bersosok cantik. Tak hanya terpana pada keindahan daunnya, Yendi juga melihat ada peluang bisnisnya. Yendi yang memang punya keinginan berbisnis dari rumah pun bagai menemukan tambatan hati.
Ia lalu membeli jenis-jenis yang tengah naik daun saat itu antara lain widuri, hot lady, gadis, legacy, adelia, dan dolores. Sebagian besar ia jual kembali, sisanya dipelihara untuk diperbanyak dan dijual anakannya. Tren aglaonema yang sedang di puncak membuat akuntan itu gampang menjual tanaman. Di masa keemasan itu harga jual sang ratu dinilai per lembar daunnya. Ketika itu sri rejeki berbanderol puluhan hingga ratusan juta rupiah per pot dengan cepat “disantap” para pehobi. Perputaran uang dari penjualan aglaonema saat itu ditaksir mencapai miliaran rupiah per bulan. Yendi ingat pada 2007 dari setiap pot aglaonema berdaun 6 helai minimal ia meraih laba Rp500.000. 



Saran dan Pendapat Anda akan mendewasakan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat