Selasa, 04 Februari 2014

Buru Bakalan, Blusukan ke Hutan hingga Tebing Pinggir Pantai

Berbekal Bakat Alam, Medyan Kini Sukses sebagai Trainer Bonsai

Bonsai punya tempat tersendiri di hati sebagaian eks Kresidenan Madiun. Namun, yang berprofesi sebagai trainer tanaman kerdil itu masih bisa dihitung dengan jari. Di antara yang sedikit tersebut, ada nama Medyana. Dia sudah 15 tahun menekuni dunia perbonsaian.

Tekstur batang maupun daun pohon asam bonsai itu tidak beda jauh dengan pohon asam secara umum.  Bedanya hanya terletak pada ukurannya yang mini dan terlihat seperti berusia ratusan tahun. "Ini bonsai asam yang saya garap sejak tahun 2003. Mulai  masih bakalan (benih) sampai sudah berbentuk seperti ini", ujar Medyana saat ditemui di rumah kliennya, Azam Herman, di Desa Sumberejo, Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun.

Ketertarikan Medy, sapaan akrab Medyana, pada bonsai muncul sejak 15 tahun silam. Tepatnya saat melihat sebuah pameran bonsai di Ponorogo. Dari hobi memelihara tanaman pria kelahiran Ponorogo, 28 Desember 1976 itu kini berfokus pada profesinya sebagai trainer tanaman kerdil yang harganya tidak murah tersebut.

Medy kemudian memilih membuat bonsai sendiri. Diapun lantas blusukan ke pelosok desa, hutan, dan tebing pinggir pantai untuk mencari bakalan bonsai. "Mulai di hutan Sampung, Ponorogo, sampai tebing di pinggir Pantai Watu Karung, Pacitan. Ke Jogyakartapun sering" ungkapnya.

Tidak jarang, Medy berburu bibit bonsai ke tebing dan tengah hutan mulai pagi sampai larut malam. Belum lagi kejadian menegangkan yang sering dialami. Biasanya, saat mencari bakalan dipinggir tebing, Medy sering menemui ular. Meski begitu, niat Medy tidak surut. Setelah berhasil mendongkel tanaman yang akan dibonsai, dia lantas bersiap menggarapnya.

Medy sama sekali tidak memiliki basic pendidikan perbonsaian. Dia hanya berbekal imajinasi tinggi untuk menjadikan calon bonsai yang digarap menjadi tanaman kerdil yang cantik dan indah. Bonsai yang dilihat di beberapa pameran pun kadang menjadi inspirasinya.

Berkat bakat alam dan ketelatenan, Medy kini mampu menghasilkan bonsai dengan nilai jual tinggi. Dengan seiring berjalannya waktu, suami Ervina itu semakin dikenal para kolektor. Jika dulu hanya menggarapa bonsai milik sendiri, kini diam memiliki lebih dari 50 klien yang mayoritas kolektor bonsai. Mereka tidak hanya berasal dari Ponorogo dan Madiun, tetapi juga beberapa kota lain seperti Pacitan, Ngawi, Magetan, Tuban dan Nganjuk.






Sumber : Dyah Mellyda Sari Jawa Pos, 04-02-2014



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat