Jumat, 01 November 2013

SERBA SERBI PAMERAN BONSAI JEPARA 2013

Hobi Membawa Rejeki - Asiknya Menanam Bonsai, Mahal tapi Bisa Jadi Obat Lelah


Ratusan tanaman bonsai berjejeran di depan Hotel Jepara Indah kemarin. Para pehobi tanaman kerdil ini sedang berkumpul di Jepara untuk saling unjuk kebolehan tanaman kebanggaannya. 


Tanaman ini milik anggota 156 cabang Perhimpunan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI). Ini bukan bonsai sembarangan tapi bonsai pilihan yang telah lolos penjurian di wilayah masingmasing. Ketua cabang PPBI Jepara Bambang Mulya mengatakan pameran ini merupakan rangkaian dari Mukernas PPBI yang digelar di Jepara. Dia juga punya agenda khusus mempromosikan berbagai potensi yang ada di Kota Ukir, terutama pariwisata. Karena itu, di sela-sela kegiatan, pihaknya akan mengajak peserta berkeliling ke berbagai tempat wisata yang ada di Jepara. 



”Termasuk ke Kepulauan Karimunjawa,” tandasnya. Dalam pameran yang gelar kemarin hingga November, ratusan jenis pohon dipamerkan. Jenis pohon yang dibonsai pun beragam. Mulai dari pohon serut, santigi, arabika, waru, sisir, amplas, kawista, iprik, anting putri, mustam, jambu kerikil, hokyantea, ulmus micro, dan lain sebagainya. Bentuk pohon bonsai yang dipamerkan bermacammacam. Ada yang menyerupai burung merak, beringin besar, tebing curam, dan lain sebagainya. 


Tingkatan tanaman bonsai yang dinilai, yakni bonsai tingkat regional, madya, utama, dan bintang. Ada sejumlah pohon yang mencuri perhatian tim juri maupun para pengunjung. Seperti bonsai dari pohon cemara udang dengan tinggi 150 cm milik Akai dari Medan. Pohon ini mendapat penilaian best show, best in size large, penilaian baik sekali, dan best ten regional. Selain itu, ada juga bonsai dari pohon santigi yang dimiliki M Denny. Pohon ini juga meraih beberapa penilaian sekaligus. 


Beberapa aspek yang membuat tim juri maupun pengunjung kepincut adalah kematangan, tekstur, posisi batang, ranting, maupun besar kecilnya daun. Meski pohon ini diperkirakan berusia sekitar 30–40 tahun, tingginya hanya 99 sentimeter. Selain itu, daunnya juga kecil seukuran setengah kuku manusia. ”Pohon santigi ini habitat aslinya di pesisir pantai. Kebetulan rumah saya memang di dekat pantai, jadi tidak terlalu sulit mengembangkannya, ” papar Denny kemarin. 


Pohon bonsai santigi itu beberapa tahun lalu pernah ditawar Rp75 juta. Diperkirakan saat ini nilainya bisa mencapai ratusan juta rupiah. Meski begitu, dia belum berpikir untuk melepas bonsai tersebut. ”Pohon bonsai saya yang di rumah pernah ditawar warga Thailand hingga Rp1 miliar. Tapi tidak ikut dipamerkan di sini karena ukurannya besar sehingga susah dibawa,” ungkapnya. 


Denny sudah mengeluarkan uang hingga puluhan atau ratusan juta rupiah untuk menggeluti hobinya memelihara bonsai. Pengorbanan itu sebanding dengan kepuasan yang dirasakannya. ”Kalau habis kerja biasanya sangat capek. Setelah mandi, terus melihat bonsai, rasanya senang dan semangat muncul lagi. Rasanya puas sekali,” ujarnya.

Sumber : Koran Sindo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat