Blog ini dibuat bertujuan untuk dijadikan sebagai media informasi dan komunikasi bagi para penggemar bonsai khususnya di Bali dengan menyajikan informasi seputar kontes, organisasi, hingga tips dan trik pembentukan bonsai. Namun, hingga perbonsaian di Bali bisa semarak seperti saat ini tentu ada prosesnya. Dan sebagai langkahawal alangkah baiknya jika kita tampilkan artikel mengenai"Sejarah Bonsai di Bali" yang ditulis pada Buku Bonsai of Bali.
Dengan mengetahui sejarah, harapannya akan menjadikan motifasi bagi kita semua untuk bisa mengukirkan sejarah yang labih baik dimasa mendatang.
"Sejarah Bonsai di Bali"
Bagaimana bonsai masuk dan di kenal di Bali sebenarnya banyak sekali cerita dan pengalaman dari para senior Bonsai yang dialami sekitar tahun ’80an. Diantaranyaadalah pengalaman dari Bapak I Ketut Wenten, Karangasem, beliau sudah banyak mengkoleksi tanaman kerdil dalam pot namun baru mengenal nama bonsai dari salah satu media cetak. Sedangkan pengalaman Bpk. I Wayan Jelantik Yana, Sanur, beliau mengenal hingga mencintai bonsai karena aktifitasnya yang sering berinteraksi dengan para turis hingga sering melihat gambar bonsai dari buku-buku para turi Jepang yang tulisannya sendiri tidak bisa ia terjemahkan. Dan Made Kari yang pada saat itu tergolong sesepuh paling muda diperbonsaian Bali sangat menikmati indahnya bentuk kerdil pohonberingin yang tidak sengaja bijinya tumbuh dalam pot.
Mungkin juga masih banyak pengalaman mengenai bagaimana bonsai bisa masuk dan dikenal di Bali dari para bonsai mania di Bali lainnya. Namun jika melihat pengalaman dari para sesepuh bonsai, bisa jadi sebenarnya seni bonsai sudah sejak lama ditekuni di Bali namun mereka para pelaku masih tidak mengenal nama bonsai.
Dalam perjalanan sejarah perbonsaian di Bali yang di mulai dari tahun ’80an ini ternyata Karangasem bisa dikatakan sebagai daerah pusat berkembangnya bonsai di Bali. Pada saat itu para penggemar bonsai sudah saling berkomunikasi hingga membentuk paguyuban bonsai. Dari keterangan Bapak I Ketut Wenten, Budakeling, Karangasem dimana jumlah penggemar di Karangasem tergolong paling banyak setidaknya ada sekitar 26 orang yang menggeluti bonsai, sedangkan Kelungkung ada 4 orang, Gianyar 2orang dan Denpasar sendiri ada sekitar 6 orang aktivis bonsai.
Secara nasional sebenarnya perbonsaian juga sudah mulai semarak, hingga tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1978 organisasi bonsai dengan nama Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) pertama kali terbentuk di Jakarta yang diketuai oleh Bpk Sugito Sigit dengan pelindung Bpk. Ismail Saleh beranggotakan 7 orang. Sedangkan Bali yang sudah termasuk banyak penggemarnya baru menyusul membentuk Organisasi PPBI Cabang Bali pada tahun 1986. Dan kepengurusan yang diresmikan pada pertemuan di Art Centre, Denpasar menunjuk formasi pengurus dengan:
Ketua I : Bpk. Wayan Gobleg, Ketua II : Bpk. Ketut Wenten,Sekretaris I : Bpk. Wayan Muliarta, Sekretaris II : Trisno,Bendahara I : Mohammad Tawi, Sekretariat : Bonsai Indah, Jl. Hayam Wuruk, Denpasar.
Dari kepengurusan yang terbentuk ini juga merekrut anggota dari para penggemar bonsai lainnya. Semenjak terbentuknya organisasi ini geliat perbonsaian di Bali kian semarak, misi para pengurusuntuk lebih mengenalkan bonsai terus dilakukan dengan sering menggelar pameran. Tak ketinggalan juga pada setiap Pesta Kesenian Bali (PKB) yang digelar tiap bulan Juni bonsai juga turut menyemarakkan pameran sebanyak 3 kali sejak tahun ’86 hingga tahun ’88. Sedangkan di Karangasem para penggemar bonsai yang dimotori oleh I Ketut Wenten juga sering mengadakan pameran disetiap moment hari raya, hingga dalam setahun bisa digelar 2 sampai 3 kali pameran.
Dalam perjalanan kepengurusan PPBI Cabang Bali ternyata Bpk Wayan Gobleg hanya bisa mengabdikan diri selama setahun sebagai Ketua I, sekitar tahun ’87 beliau meninggal dunia dengan menitipkan PPBI Cabang Bali kepada pengurus lainnya. Kedukaan yang dialami oleh para pengurus semakin membangkitkan semangat mereka untuk terus menjalankan misi organisasi agar bonsai lebih dikenal di masyarakat. Sepeninggal Bpk Wayan Gobleg maka secara otomatis Bpk I Ketut Wenten menggantikan posisi Ketua I.
Pameran yang di gelar pada saat itu masih hanya sebatas Exhibisi tanpa ada penilaian dan juara dengan tujuan untuk mengenalkan bonsai ke masyarakat dan sekaligus sebagai ajang silaturrahmi antar para penggemar bonsai di Bali. Walaupun tidak banyak penggemarnya namun jumlah pohon yang diturunkan dalam pameran cukup spektakuler hingga mampu menembus angka 400 pohon dari koleksi para pengurus dan anggota PPBI Cabang Bali sendiri. Dan nampaknya tiap pameran yang digelar sangat efektif untuk merangkul para penggemar baru hingga bonsai juga dilirik oleh para penggemar dikalangan pemerintahan.
Pada periode 1988 sampai 1990 Kepengurusan PPBI Cabang Bali dipimpin Oleh Sutomo Raharjo, yang kemudian dilanjutkan Oleh Selamet Marta Wardaya, Kepala Dinas Kehakiman Denpasar pada periode 1990 hingga 1992.
Semaraknyaperbonsaian ternyata juga membangkitkan ide-ide spektakuler dari para pengurus PPBI Pusat. Proposaldari Bapak Paiman untuk bisa diselenggarakan ajang internasional Asia Pacific Bonsai Convention & Exhibition atau disingkat ASPAC akhirnya disetujuai oleh Bapak Ismail Saleh. Dan sebuah kehormatan juga bagi Bali sebagai daerah pariwisata yang pada waktu itu ditunjuk sebagai tempat penyelenggaraan. Event akbar internasional Asia Pacific Bonsai yang perdana ini diselengarakan di Nusa Indah Hotel & Convention Centre, Nusa Dua – Bali pada tanggal 19 – 22 Juni 1991 yang menampilkan 300 pohon bonsai dan 300 sueseki dari 233 peserta perwakilan dari 15 negara di Asia – Pasific. Dan suatu kebanggaan juga karena ditengah persaingan kualitas bonsai secara internasional ini ternyata koleksi Bonsai dari Bali milik I Ketut Wenten berhasil menembus peringkat 20 besar bonsai terbaik.
Pada saat penyelengaraan ASPAC perdana tersebut tentunya para pengurus PPBI Cabang Bali juga banyak berperan serta sebagai panitia pelaksana untuk turut mensukseskan acara. Dan para pengurus ataupun para penggemar bonsai yangterlihat turut mensukseskan ASPAC perdana tersebut diantanya adalah: I Ketut Wenten, Denny Alex Kipni, I. B. Cakra, M Tawi (Alm), I. B. Bajra, Kadek Yasa, I. B. Teras, I Made Kari, I Wayan Jelantik Yana, I Ketut Dana, Toni Abednegro (Alm), I. B. Puja, Made Anthara (Alm).
Menurut catatan, setelah tergelarnya ASPAC I tersebut ternyata kegiatan pameran ataupun kontes tidak pernah lagi digelar di Bali. Namun dari hasil terselenggaranya ASPAC tersebut membuat para penggemar bonsai di Bali mulai mengenal para penggemar bonsai nasional sehingga memacu mereka untuk bisa mengikuti kontes-kontes Bonsai yang digelar di luar Bali. banyak sekali event-event nasional bonsai yang mereka ikuti.
Di tahun 1992 formasi kepengurusan PPBI Cabang Balikembali berubah. Karena pindah tugas keluar Bali akhirnya Bpk. Selamat Marta Wardaya selaku Ketua I digantikan oleh Bpk Darsika, Kepala Dinas Pertamanan, Denpasar. Dan pada kepengurusan baru ini kegiatan para aktivis bonsai Bali kian semangat untuk mengikuti kontes-kontes bonsai nasional di luar Bali. hingga pada tahun 1994 pada kontes nasional bonsai yang digelar di Hotel Amborukmo, Yogyakarta salah satu bonsai dari Bali milik I Wayan Jelantik Yana berhasil menduduki peringkat Nominasi 20 besar. Dan pada tahun 1993 ini ternyata PPBI Bali juga sempat mengirim 2 orang duta yaitu Ketut Wenten dan Gede Mertha untuk mengikuti diklat juri Bonsai.
Sesuai dengan aturan masa jabatan kepengurusan yang mulai ditetapkan akhirnya pemilihan pengurus baru PPBI Cabang Bali dilakukan pada tahun 1998. Pada pemilihan kali ini akhirnya Dr. I Gede Wiryana Patra Jaya, Tabanan terpilih sebagai Ketua I, Made Suadnyana sebagai Wakil Ketua dan Wayan Suwendra duduk pada posisi Bendahara. Namun entah mengapa akhirnya secara organisasi PPBI Bali terlihat vacum tanpa adanya pergerakan sehingga perbonsaian di Bali lesu dan pelahan ditinggalkan oleh para penggembiranya.
Ditengah vacumannya kepengurusan PPBI di Bali ini ternyata beberapa mania bonsai masih tetap menjalankan aktivitasnya diperbonsaian mulai dari saling silaturrahmi hingga kumpul-kumpul membahas mengenai bonsai. Setiap surat yang datang dari pusat tetap mengalir ke alamat sekretariat milik M. Tawi yang berada disekitaran Jl Hayam Wuruk, Denpasar. Namun sepeninggalnya Bpk. M. Tawi yang juga merupakan duka bagi perbonsaian di Bali pada taggal 17 Agustus 2000 akhirnya surat-surat dari pusat diarahkan ke Café Bonsai.
Terasa sekali efek dari tanpa adanya kegiatan pameran diperbonsaian, beberapa penggemar perlahan mulai banyak yang memutar haluan dengan melakukan kegiatan lainnya dan para pedagang bonsaipun juga terlihat mulai bergeser kebisnis lainnya. Terasa sekali perbonsaian di Bali perlahan kian meredup.
Sekian lamanya perbonsaian di Bali benar-benar mengalami kelesuan. Hingga akhirnya pada tahun 2005 hadir 2 orang pengurus pusat diantara Bpk. Saptodarsono (Ketua I PPBI Pusat) dan Bpk. Budi Sulistio yang menginformasikan tentang rencana digelarnya kembali ASPAC ke-9 di Bali. Informasi ini ternyata kembali membangkitkan semangat para penggemar bonsai di Bali yang terlihat masih mempertahankan koleksinya dengan alasan benar-benar hobi dan menyayangi bonsai.
Perlahan namun pasti akhirnya beberapa mania yang bertahan kembali mengatur setrategi untuk bisa mengairahkan perbonsaian di Bali kembali. Hingga akhirnya pada pertengahan tahun 2006 PPBI Cabang Bali diresmikan dengan turunnya SK dari pusat dengan formasi pengurus:
Ketua : I Wayan Suwendra, Wakil : I Made Suadnyana, Sekretaris : I Komang Sukawinasa, Sekretaris II : I Made Kari, Bendahara : I Wayan Jelantik Yana.
Langkah awal yang dilakukan para pengurus untuk memotifasi kebangkitan adalah dengan mengikuti pameran nasional yang digelar di Mangga Dua Square, Jakarta. Dari 25 pohon bonsai Bali yang diturunkan ternyata salah satu koleksi milik Made Kari berhasil menembus peringkat 20 besar bonsai terbaik. Dan yang terpenting adalah dari kontes ini para pengurus PPBI Cabang Bali kian termotivasi untuk bisa mengadakan pameran di Bali.
Sebagai upaya untuk menggirahkan perbonsaian di Bali akhirnya para pengurus PPBI Cabang Bali menggelar Kontes perdana pada masa kebangkitan ini melalui moment acara Sanur Village Festifal pada bulan Agustus tahun 2006. hanya dengan saling kontek antar para pengurus dan para bonsai mania yang juga mulai bangkit akhirnya kontes ini mampu menembus angka hingga 200 pohon. Besar sekali efek dari pameran ini, dimana para pebonsai senior lainnya juga mulai tergugah hingga pergerakan bonsai tiap daerah di Bali kembali bersemangat.
Setelah pameran Sanur Festival 2006, pengurus PPBI Cabang Bali kembali menggebrak pameran pada ajang Nusa Dua Festival di bulan September 2006 yang juga meraup sukses yaitu kian mengairahkan perbonsaian di Bali. Kedua kontes ini dijadikan pengalaman untuk lebih mensukseskan kontes berikutnya.
Saat terselenggaranya pameran berikut pada awal Januari 2007 oleh para pengurus Cabang Tabanan yang sekaligus pelantikan 3 pengurus PPBI Cabang lainnya, diataranya adalah PPBI Cabang Tabanan sendiri yang diketuai oleh I Gst. Komang Wastana, Spd, Cabang Karangasem yang diketuai oleh Yok Puspa Jaya, dan Cabang Jembrana yang di ketuai oleh Wayan Pinta Yadia. Dan pelaksanaan pameran di Tabanan ini benar-benar meraup sukses, selain jumlah pohon yang turun kian banyak pameran pun berhasil mengenalkan bonsai kepada masyarakat khususnya disekitaran Tabanan.
Kian semangatnya perbonsaian di Bali semakin nampak saat diselenggarakannya kontes berikut di Gianyar pada akhir April 2007. Pasalnya, setelah dilantik 3 pengrurus Cabang di Tabanan maka pada pameran ini menyusul pelantikan 3 pengurus cabang lainnya, diantarnya adalah Cabang Gianyar yang diketuai oleh Pande Suralaga, Cabang Badung yang diketuai oleh I Gusti Anom Gumanti, SH., dan Cabang Buleleng yang diketuai oleh Made Ngurah Suarta dengan resminya 6 pengurus Cabang yang mewakili beberapa Kabupaten di Bali ini akhirnya para pengurus PPBI Cabang Bali sekaligus dilantik menjadi pengurus PPBI Koordinator Cabang (Korcab) Bali yang menaungi cabang-cabang yang ada di Bali dengan diketuai oleh I Wayan Suwendra.
Disaat Korcab Bali yang bermarkas di Denpasar di resmikan, akhirnya PPBI Cabang Denpasar menyusul diresmikan pada bulan Mei 2007 yang di ketuai oleh Anak Agung Ngurah Astikaningrat dan sekaligus menambah jumlah cabang di Bali.
Partisipasi Korcab Bali untuk turut dalam agenda kegiatan pusat juga dilakukan pada Kegiatan Munas yang diselenggarakan di Solo diikuti oleh sekitar 25 orang yang mewakili tiap Cabang di Bali. Banyak sekali yang didapatkan pada moment ini, selain banyak sekali masukan-masukan baru mulai seputar perbonsaian nasional dan mengenai organisasi, yang terpenting adalah kebersamaan yang sudah lama dirindukan oleh para bonsai mania Bali bisa terwujudkan.
Kian semaraknya perbonsaian di Bali terasa hingga digelarnya pameran bonsai “Sanur Village Festival 2007” pada bulan Agustus 2007 yang juga mendapat dukungan dari para pengurus Adenium (ASPAD) di Bali. Pameran ini sekaligus sebagai ajang seleksi bonsai di Bali menuju Event internasional ASPAC ke-9 yang akan digelar di Bali pada tanggal 1 – 4 September 2007.
Begitu cepat namun pasti ternyata kebangkitan perbonsaian di Bali ini sangat membuat haru para senior serta mereka yang pernah berjuang sejak awal supaya bonsai dikenal dan dicintai oleh masyarakat di Bali. Tentu harapan mereka para sesepuh perbonsaian yaitu bagaimana Bonsai di Bali terus semarak tanpa adanya kemunduran, mungkin dengan bisa digelarnya pameran bonsai di tiap Cabang di Bali.
Seperti pesan yang diungkapkan oleh Bpk. Wenten, pria kelahiran Budakeling, Karangasem tahun 1940 ini, “Saat Bonsai di Bali mulai suram saya selalu mengajak teman-teman lainnya untuk bisa bangkit kembali. Saat melihat kebangkitan seperti sekarang ini hingga ditiap Kabupaten terbentuk kepengurusan cabang bahkan pameran juga yang sering diselenggarakan membuat saya merasa terharu, apalagi jika mengingat perjuangan teman-teman untuk bonsai dimasa lalu. Kalau boleh berpesan, saya hanya berharap agar teman-teman selalu kompak dan saling bergandengan dalam menjalankan organisasi untuk terus menyemarakkan bonsai di Bali. Jadikanlah Bonsai sebagai objek utama kesenangan dan kepuasan kita, dan jangan sampai mencari kesenangan dari bonsai untuk kepentingan lainnya. Mungkin itu yang akan membuat kita benar-benar bisa mencintai dan menyayangi hingga mendapatkan kepuasan sejati dari sebuah Bonsai.” Tutur beliau.
Sejarah Bonsai di Bali yang ditulis ini adalah hasil kumpulan data yang didapat oleh penulis dari bebepapa sesepuh dan pelaku sejarah yang juga turut dalam cerita sejarah perjalanan perbonsaian di Bali. Mungkin juga masih ada data yang sekiranya belum terangkum dari para pelaku sejarah lainnya. Setidaknya data yang ada dan tertulis ini sudah melalui kajian ulang dan ralat dari para pelakunya dengan tujuan untuk lebih memotivasi para bonsai mania di Bali agar bisa menorehkan sejarah perbonsaian yang lebih baik di Bali pada masa mendatang.
Sumber : bonsaibaliinfi.bloqspot.com
g.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih Jika Anda memberikan saran dan pendapat